REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua TP PKK Provinsi Jawa Barat (Jabar) Atalia Ridwan Kamil memuji kehadiran Bank Sampah Bersinar (BSB) di tengah minimnya kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan dan mengolah sampah. Salah satu program dari bank sampah yang terletak di Jl Terusan Bojongsoang No 174, Baleendah, Kabupaten Bandung ini adalah memberikan pelatihan dan edukasi kepada masyarakat terkait pentingnya bank sampah.
Bank sampah ini juga memberikan informasi mengenai jenis-jenis sampah dan cara memisahkan sampah. Setiap kriteria sampah tersebut, memiliki nilai atau harga yang berbeda-beda.
"Bank Sampah Bersinar ini didukung dan didorong oleh masyarakatnya sendiri. Jadi dari tahun 2014 sudah hadir dan memberikan solusi bagi masyarakat," ujar Atalia saat meninjau BSB, Jumat (31/1).
Atalia mengatakan, yang menarik adalah sampah-sampah yang dikumpulkan itu diberikan edukasi kepada masyarakat untuk dipilih sendiri, sampah itu ada nilai atau harganya. Dia mencontohkan, gelas plastik dipilah antara bagian penutup dengan bagian bawahnya, maka harganya akan sangat berbeda.
"Dan masih banyak jenis sampah yang bisa dipilah yang bisa menghasilkan nilai yang secara ekonomi baik bagi warga masyarakat," katanya.
Atalia berharap, bank sampah lainnya bisa hadir di berbagai daerah sehingga dampak positif program tersebut bisa dirasakan seluruh penjuru Jabar maupun Indonesia. Pengetahuan terkait pemilahan sampah ini tidak saja melekat kepada warga masyarakat di sekitar wilayah ini. Tapi juga kepada kota/kabupaten lain di Jawa Barat maupun di Indonesia.
"Saat ini, kami (TP PKK Provinsi Jabar) sedang menunggu bagaimana (bank sampah) ini bisa diduplikasi," katanya.
Sementara menurut Pendiri BSB Fifie Rahardja, BSB adalah bank sampah yang menawarkan pengelolaan sampah berbasis masyarakat di mana warga bisa menabung sampah, berbelanja, dan menjual sampahnya ke bank tersebut.
Fifie mengatakan, bahwa pihaknya terus melakukan sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bank sampah. Meski sampah identik dengan sesuatu yang kotor, lanjut Fifie, sampah bernilai karena dapat memberdayakan masyarakat secara ekonomi dan pengembangan bank sampah yang tersistem mampu mengurangi dampak negatif dari penumpukan sampah yang tidak terkontrol.
"Banyak orang yang takut dengan sampah karena kesannya bau dan jorok, tapi di tempat ini (bank sampah) justru kami memperlakukan sampah dengan manusawi dan akhirnya sampah tidak menjadi musuh tapi menjadi sahabat bahkan bisa menyejahterakan rakyat," papar Fifie.
"Untuk itu kami berharap dapat bekerja sama dengan TNI dan pemerintah untuk memperluas bank sampah secara nasional," katanya.