Jumat 31 Jan 2020 08:45 WIB

Temanggung Dilanda DBD Siklus Lima Tahunan

Merebaknya DBD di Temanggung disebut merupakan bagian dari siklus lima tahunan.

Pasien demam berdarah dengue (ilustrasi). Merebaknya DBD di Temanggung disebut merupakan bagian dari siklus lima tahunan.
Foto: Republika/Prayogi
Pasien demam berdarah dengue (ilustrasi). Merebaknya DBD di Temanggung disebut merupakan bagian dari siklus lima tahunan.

REPUBLIKA.CO.ID, TEMANGGUNG -- Penyakit demam berdarah dengue (DBD) tengah merebak di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, pada awal 2020 ini. Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinkes Kabupaten Temanggung, Sukamsih, mengungkapkan bahwa insiden itu merupakan bagian dari siklus lima tahunan.

"Setiap lima tahun sekali bisa dipastikan DBD di Temanggung selalu terjadi dan kasusnya banyak," katanya di Temanggung, Jumat.

Baca Juga

Selain itu, menurut Sukamsih, tingginya kasus DBD pada Januari 2020 merupakan akibat kelalaian dari masyarakat dalam merawat dan menjaga kebersihan lingkungan. Biasanya, sebelum datang musim hujan, masyarakat melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

"Namun, di akhir 2019, masyarakat lengah dan muncullah kasus DBD," ujarnya.

Selain itu, pemeriksaan jentik nyamuk yang biasa dilakukan dalam waktu sepekan sekali, juga tidak dilaksanakan. Alhasil, kasus DBD di Temanggung di awal tahun ini kembali meningkat.

"Masyarakat lalai tidak melakukan lagi kebiasaan mereka dalam menjaga lingkungan, jadi imbasnya seperti ini. Kasus DBD menjadi banyak," katanya.

Padahal, menurut Sukamsih, nyamuk Aedes aegypti akan berkembang biak dengan cepat saat memasuki musim hujan. Telur dari nyamuk penyebar DBD akan cepat menetas ketika sudah terkena air hujan.

"Bisa jadi dalam waktu 10 hari sudah menetas, jadi perkembangbiakannya sangat cepat," ungkapnya.

Sukamsih menyebutkan, pada awal 2020 setidaknya sudah terjadi enam kejadian luar biasa (KLB) DBD, dengan jumlah penderita DBD mencapai 100 lebih. Bahkan, kasus DBD  juga sudah merenggut satu nyawa.

Sukamsih menyampaikan, jika ditarik mundur lima tahun lalu, yakni pada 2015, kasus DBD di Temanggung juga tinggi. Kala itu, ada empat desa terjadi KLB DBD.

Menurut Sukamsih, semua daerah KLB DBD lokasinya berada di pinggir jalan raya. Hal ini dimungkinkan kasus DBD yang ditemukan di Temanggung berasal dari luar daerah.

"Rata-rata di pinggir jalan dan penderita DBD saat ditanya juga habis berpergian dari luar kota atau daerah," katanya.

Sukamsih mencontohkan, Desa Kedungkumpul, KecamatanKandangan, Jetis Kauman Parakan, dan Kelurahan Sidorejo, Temanggung. Ketiganya merupakan daerah KLB dan lokasinya berada di pinggir jalan raya.

"Jarang sekali kami temukan kasus DBD berada di pegunungan atau desa-desa terpencil di Temanggung. Kalaupun ada bisa dipastikan warga yang terdeteksi menderita DBD itu habis berpergian atau bekerja di luar Temanggung," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement