REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) yang merupakan afiliasi lokal dari The Nature Conservancy (TNC) mengatakan pemerintah dan semua pihak perlu memperhatikan keberlangsungan populasi kakap merah dan kerapu karena semakin berkurang.
"Kakap merah saat ini hanya tinggal sekitar enam persen," kata Director of Fisheries Program Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) Peter Mous di Jakarta, Kamis (30/1).
Data tersebut didapatkan dengan menggunakan Spawning Potential Ratio (SPR) atau dengan kata lain untuk mengetahui rasio dimana ikan berpijah. Hal tersebut juga hanya digunakan untuk spesies ikan kakap merah.
Ia mengatakan jika dibandingkan saat situasi sebelum adanya perikanan tangkap sama sekali atau nelayan masih menangkap ikan di sekitar bibir pantai maka populasi ikan tersebut cukup besar.
Oleh sebab itu, perlu adanya upaya pemulihan untuk meningkatkan populasi ikan salah satunya dengan cara berhenti sementara. Hal tersebut diyakininya bisa meningkatkan pasokan ikan hingga 20 kali lipat dari saat ini.
Melihat kondisi tersebut, YKAN membutuhkan data lengkap terkait sebaran atau spesies ikan itu. Untuk mendapatkan data yang bagus maka kerja sama dengan nelayan merupakan metode terbaik.
"Di program kami, kami melibatkan nelayan untuk cari data tersebut. Contohnya memberi mereka kamera lalu difoto dari semua ikan yang mereka tangkap," katanya.
Kemudian, setelah mengumpulkan data-data itu YKAN langsung menganalisa menggunakan komputer. Metode tersebut dinilainya cukup baik untuk mendapatkan berbagai informasi tentang spesies ikan.
Secara umum ia melihat berkurangnya kakap merah dan kerapu salah satunya disebabkan oleh tidak adanya batasan dalam penangkapan ikan di Tanah Air.
"Perikanan Indonesia kalau ada yang mencari ikan hanya tinggal mengurus administrasi saja dan perizinan juga dipermudah," katanya.
Menurutnya, saat ini yang perlu dilakukan yaitu peningkatan kualitas tangkapan ikan bukan penambahan kapal.