Selasa 28 Jan 2020 13:24 WIB

Pemprov Kepri Lebih Takut DBD daripada Corona

Kepri lebih mengkhawatirkan DBD yang sudah di depan mata dibandingkan isu Corona

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Seorang anak yang terjangkit penyakit demam berdarah dengue (DBD) mendapat perawatan intensif tenaga medis. Kepri lebih mengkhawatirkan DBD yang sudah di depan mata dibandingkan isu Corona. Ilustrasi.
Foto: Antara/Aswaddy Hamid
Seorang anak yang terjangkit penyakit demam berdarah dengue (DBD) mendapat perawatan intensif tenaga medis. Kepri lebih mengkhawatirkan DBD yang sudah di depan mata dibandingkan isu Corona. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNGPINANG -- Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Pemprov Kepri) menyatakan penyakit demam berdarah dengue (DBD) lebih menakutkan dibanding isu virus Corona yang belakangan menggegerkan dunia. Kepala Dinas Kesehatan Kepri, Tjetjep Yudiana, menuturkan sepanjang Januari 2020 ini saja tercatat sudah ada sekitar 70 kasus DBD yang tersebar di tujuh kabupaten/kota se-Kepri.

"Saya lebih takut DBD dibanding Corona, karena DBD ada di depan mata kita," kata dia di Tanjungpinang, Selasa.

Baca Juga

Meskipun kasus DBD belum sampai memakan korban, menurutnya angka ini cukup tinggi dan mengkhawatirkan bagi pemerintah daerah. "Dari tahun ke tahun kasus DBD Kepri terus bertambah, perlu atensi khusus dari pemerintah maupun masyarakat," jelasnya.

Lebih lanjut Tjetjep menyampaikan selama periode 2019 kemarin terdapat sekitar 800 kasus DBD, 80 kasus di antaranya menyebabkan korban meninggal dunia. "Naik signifikan jika dibanding tahun 2018 yang mencapai 500 kasus DBD," ungkap Tjetjep.

Tingginya kasus DBD di Kepri dikarenakan masih banyak masyarakat yang lalai melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungan tempat tinggal masing-masing. Padahal sarang nyamuk itu ada di bak mandi, tempat penampungan air, dispenser, pendingin, kaleng, ban bekas, serta sampah plastik yang ada di halaman depan rumah.

Tjetjep meminta sarang-sarang nyamuk tersebut diberantas rutin sepekan sekali. Sebab siklus pertumbuhan dari telur sampai menjadi nyamuk dewasa itu memerlukan waktu sekitar tujuh hari.

"Menguras, menutup, dan mengubur (3M) adalah langkah utama membasmi jentik nyamuk di lingkungan tempat tinggal," katanya. Pemprov Kepri turut aktif melakukan upaya sosialisasi dan fogging guna meminimalisir persebaran nyamuk.

"Fogging atau pengasapan salah satu cara efektif membunuh nyamuk pembawa virus DBD," tambah Tjetjep.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement