Selasa 28 Jan 2020 11:16 WIB

WHO Koreksi Status Risiko Global Virus Corona

WHO mengakui salah saat menilai potensi status risiko virus corona.

Petugas keamanan berjaga di depan Ruang Isolasi Infeksi Khusus untuk pasien yang terkena virus corona di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Kota Bandung, Senin (27/1).
Foto: Abdan Syakura
Petugas keamanan berjaga di depan Ruang Isolasi Infeksi Khusus untuk pasien yang terkena virus corona di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Kota Bandung, Senin (27/1).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rizkyan Adiyudha, Antara

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengoreksi status kewaspadaan mereka terkait penyebaran wabah virus corona di China yang bermula dari Kota Wuhan. Negeri Tirai Bambu kini telah mengisolasi Kota Wuhan sebagai antisipasi penyebaran virus mematikan itu secara internasional.

Baca Juga

Seperti diwartakan Channel News Asia, Selasa (28/1), WHO mengakui telah membuat kesalahan saat menilai potensi status risiko global penyebaran virus corona di negara tersebut. WHO mengaku melakukan kesalahan saat mengumumkan risiko virus di China pada Senin (27/1).

WHO pada laporan Ahad malam mengatakan, risiko penyebaran virus corona adalah "sangat tinggi di China, tinggi di level regional, dan tinggi di level global."

Dalam catatannya, WHO menjelaskan telah membuat pengumuman yang tidak tepat dalam laporan sebelumnya pada Kamis, Jumat, dan Sabtu. Laporan itu menyebut risiko global sebagai moderat.

Koreksi hasil asesmen global WHO tersebut tidak berarti kondisi darurat kesehatan telah dideklarasikan.

Koreksi terkait status kewaspadaan penyebaran virus corona diungkapkan Ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus saat dikonfirmasi wartawan. Dia dicecar pertanyaan berkenaan dengan belum ditetapkannya status darurat di China.

Saat itu dalam sebuah pertemuan di markas WHO, Tedros menyebut bahwa status kewaspadaan penyebaran virus bisa berubah sewaktu-waktu. "Ini adalah kondisi darurat di China, tapi belum menjadi masalah kesehatan global yang darurat. Mungkin saja tidak akan jadi begitu," katanya.

Ia melanjutkan, upaya pengayaan kondisi di China oleh WHO menyebut virus ini berisiko tinggi di China. "Dan berisiko tinggi secara regional dan global."

Menurut WHO, kesalahan dalam laporan situasi sebelumnya adalah semata "kesalahan dalam kata-kata."

Ketika ditanya mengenai koreksi status, Antoine Flahault salah satu pemimpin di Sekolah Kesehatan Publik Swiss mengatakan itu adalah kesalahan. "Ini adalah kesalahan besar, tapi saya percaya kesalahan itu sudah dikoreksi."

Sementara, pendekatan hati-hati WHO terhadap wabah ini telah ditentang oleh beberapa kritikus. Hal itu dapat dilihat dalam konteks kritik pada masa lalu atas penggunaan istilah yang lambat atau terlalu terburu-buru, pertama kali digunakan untuk pandemi flu babi H1N1 2009 yang mematikan.

Selama wabah itu, badan kesehatan PBB tersebut dikritik karena memicu kepanikan membeli vaksin dengan pengumuman bahwa tahun itu wabah telah mencapai proporsi pandemi. WHO lantas mendapat kritik internasional ketika ternyata virus tidak hampir sama berbahayanya dengan penilaian mereka sebelumnya.

Pada 2014 lalu, WHO juga mendapat kritik keras karena mengecilkan parahnya epidemi ebola. Penyakit tersebut kemudian menghancurkan tiga negara Afrika Barat dan dilaporkan telah menewaskan lebih dari 11.300 jiwa pada saat itu berakhir pada 2016.

Korban Bertambah

China pada Selasa melaporkan total korban meninggal kini berjumlah 106 orang. Jumlah korban meninggal termasuk kematian pertama di Beijing. Sisanya, seperti sebelumnya, merupakan korban di Hubei, dikutip dari AP.

Sebanyak 45 kasus baru dikonfirmasi terjadi di berbagai belahan dunia. Hampir semuanya terkait dengan turis China atau mereka yang baru mengunjungi Wuhan.

Sri Lanka mengonfirmasi kasus pertamanya kemarin. Infeksi virus corona juga tercatat telah terkonfirmasi di Amerika, Thailand, Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Vietnam, Malaysia, Nepal, Prancis, Kanada, dan Australia.

Hingga 27 Januari, jumlah total kasus terkonfirmasi di China juga bertambah menjadi 4.515 dari 2.835 yang dilaporkan sehari sebelumnya, demikian dinyarakan Komisi Kesehatan Nasional.

Sementara itu, otoritas Kota Tangshan di China mengumumkan pada Selasa bahwa semua alat transportasi umum di dalam kota dihentikan sebagai upaya untuk mencegah virus corona baru menyebar lebih lanjut.

Pernyataan itu diunggah di dalam akun resmi pemerintah kota di Weibo. Tangshan,di Provinsi Hubeiutara, adalah kota terbesar yang memproduksi baja di China, dikutip dari Reuters.

photo
Infografis virus corona.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement