Senin 27 Jan 2020 08:32 WIB

Mempromosikan Kopi Lokal Melalui Kedai Kekinian

Nongkrong di kedai kopi telah menjelma menjadi gaya hidup anak muda masa kini.

Rep: Bayu Adji Prihammanda/ Red: Ratna Puspita
Pelayanan kopi di Kedai Kopi Hayoo Ngopi, Garut, Jawa Barat.
Foto: Republika/Bayu Adji
Pelayanan kopi di Kedai Kopi Hayoo Ngopi, Garut, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Fenomena kedai kopi mulai bermunculan di berbagai daerah. Di Kabupaten Garut, Jawa Barat, misalnya, kehadiran kedai kopi bukan lagi dianggap sebagai tempat untuk menyeruput segelas minuman bewarna hitam tersebut.

Lebih dari itu, nongkrong di kedai kopi telah menjelma menjadi gaya hidup anak muda masa kini. Salah satu pengunjung di kedai kopi Hayoo Ngopi yang terletak di Jalan Veteran, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Agus (27 tahun) mengatakan, saat ini menyeruput kopi di kedai sudah menjadi tren.

Baca Juga

Hampir setiap akhir pekan ia pergi ke kedai kopi untuk menikmati berbagai varian rasa kopi-kopi dari berbagai wilayah di Indonesia. "Awalnya coba-coba saja, tapi lama kelamaan menikmati. Rasanya beda dengan kopi sachet-an," kata dia, Ahad (26/1).

Menurut dia, bangsa ini memiliki banyak rasa kopi. Namun, selama ini rasa-rasa itu menjadi seragam melalui kopi kemasan yang dijual dalam skala besar ke masyarakat. Alhasil, kenikmatan dari aroma kopi yang asli tidak muncul.

Ia menjelaskan, untuk mencicipi cita rasa kopi itu mestinya dinikmati tanpa campuran, seperti gula atau susu. "Itu baru kita tahu rasanya kopi pahit atau asam," kata dia.

Agus menilai, fenomena kedai kopi yang menyajikan kopi lokal dari berbagai wilayah Indonesia sangatlah baik. Dengan demikian, masyarakat memiliki pilihan untuk menikmati kopi dengan baik dan benar.

Sementara itu, Annisa (29) mengatakan, perbendaan meminum kopi kemasan dengan kopi lokal adalah pada aroma, rasa, dan tentunya harga. Ia mengakui, kopi kemasan memang praktis dan murah. Namun efek setelah meminumnya biasa saja, justru hanya membuat perut mual jika terlalu banyak.

Sedangkan kopi lokal yang ada di kedai, menurut dia, aroma dan rasanya lebih nyata. "Seperti ada perpaduan pahit dan asam, dan manis jika dicampur gula," kata perempuan yang gemar kopi tubruk itu.

Selain itu, menyeruput kopi di kedai kadang juga menambah pengetahuan tentang asal muasal kopi. Tak jarang, pembuat kopi bisa diajak berdiskusi mengenai varian dan proses membuat kopi yang baik dan benar.

photo
Ilustrasi biji kopi. (Piqsels)

Direktur Riset and Development kedai Hayoo Ngopi, Rani Mayasari Partadiredja, mengatakan, kopi lokal di Indonesia memiliki cita rasa daerah masing-masing. Cita rasa itu, menurut dia, belum banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia sendiri.

Melalui kedai kopi, ia ingin memopulerkan kopi lokal, seiring dengan memberdayakan petani kopi. Kedai Hayoo Ngopi mulai merintis usahanya dari Kabupaten Garut, dengan menonjolkan kopi dari daerah itu, yaitu kopi Cikuray.

Sebelum membuka resmi kedainya pada Ahad (26/1), mereka telah melakukan pembinaan kepada para petani untuk menghasilkan kopi yang berkualitas. "Jadi kita hadirkan sejumlah kopi dari petani yang kita berdayakan sendiri," kata dia.

Selain di Garut, kedai Hayoo Ngopi berencana mendirikan 100 kedai di berbagai wilayah Indonesia pada 2020. Pekan depan rencananya, kedai itu juga akan membuka cabang di Bali, Ponorogo, Madiun, dan Tulungagung.

Setiap cabang, kedai itu akan mengutaman kopi dari daerah masing-masing. Rani mengatakan, pendirian kedai dimulai dari Garut lantatan daerah itu dianggap sebagai salah satu wilayah penghasil kopi terbaik di Jawa Barat.

Selain itu, tren "ngopi" di Garut juga sedang tinggi-tingginya. "Ketika berdiri di Garut, kopi dari Garut kita utamakan. Begitu seterusnya di daerah lainnya. Supaya dunia tahu di setiap wilayah Indinesia punya unggulan kopi masing-masing," kata dia.

Menurut Rani, kopi dari masing-masing daerah semestinya dikenal oleh masyarakat sekitar terlebih dahulu sebelum bisa melebarkan sayap. Jika masyarakat acuh tak acuh pada produk kopinya sendiri, bukan tidak mungkin kopi itu akan tenggelam namanya.

photo
Petani menjemur kopi arabika yang baru dipanen di tepi danau Laut Tawar, Aceh Tengah, Aceh. (ANTARA)

Ia mencontohkan, di Lombok terdapat kopi Sembalun yang memiliki cita rasa yang sangat baik. Namun, lantara kurangnya perhatian dari pemerintah daerah dan masyarakat, banyak petani kopi Sembalun justru mengganti tanamannya dengan jenis kopi lain, yang lebih terkenal.

Karena itu, kedai Hayoo Ngopi ingin menonjolkan kopi dari daerah masing-masing, di setiap kedai itu berdiri. Untuk menarik minat milenial menyeruput kopi lokal, varian yang disediakan bukan hanya manual brew.

Lebih dari itu, Hayoo Ngopi juga menawarkan kopi keninian, seperti es kopi susu dengan segala variannya. Dengan begitu, penikmat kopi pemula dapat beradaptasi dari yang biasanya meminum kopi kemasan ke kopi lokal.

Rani mengatakan, dengan pendirian kedai kopi di berbagai daerah, ia ingin menghadirkan wirausaha baru dengan usaha tersebut. Sebab, ia mengklaim usahanya itu juga akan melibatkan inverstor lokal ikut serta.

Selain itu, ia ingin membuka lapangan kerja baru dari usaha tersebut. Terakhir, lanjut dia, penjualan kopi mentah yang selama ini banyak diekspor, dapat terserap ke pasar dalam negeri. Dengan begitu, masyarakat Indonesia juga mendapat manfaat dari keragaman kopi yang ada.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement