Ahad 26 Jan 2020 15:24 WIB

Intip Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatra di Tambling Lampung

Pusat rehabilitasi bertujuan memulihkan harimau yang mengalami konflik dengan manusia

Rep: Mimi Kartika/ Red: Gita Amanda
Harimau sumatera yang tertangkap di Muara Enim Sumatera Selatan direhabilitasi di rescue centre harimau sumatera, Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) Provinsi Lampung, Jumat (24/1).
Foto: Republika/Mimi Kartika
Harimau sumatera yang tertangkap di Muara Enim Sumatera Selatan direhabilitasi di rescue centre harimau sumatera, Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) Provinsi Lampung, Jumat (24/1).

REPUBLIKA.CO.ID, LAMPUNG -- Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) menyambut harimau sumatera (pantheratigris sumatrae) dari Muara Enim, Sumatera Selatan (Sumsel) ketika sepenggal matahari naik, pada Rabu (22/1) lalu. Pesawat cassa yang mengangkut harimau dari Bandara Raden Inten II Provinsi Lampung mendarat tepat di hamparan rumput bak permadani hijau panjang di Tambling.

Tambling merupakan bagian dari Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang dibentuk atas kerja sama Yayasan Artha Graha Peduli (AGP), Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), serta Balai Besar TNBBS. Letaknya kawasan konservasi satwa liar itu berada di ujung selatan Pulau Sumatera.

Baca Juga

Dari luas keseluruhan TNBBS yang mencapai 356 ribu hektare, TWNC mengelola lebih dari 48 ribu hektare dan Cagar Alam Laut (CAL) seluas 14 ribu hektare. TWNC menaruh perhatian penuh terhadap satwa liar yang berada di ambang kepunahan terutama harimau sumatera dengan mendirikan Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera (Rescue Center) pada 2007.

Menurut Peneliti Senior Bagian Konservasi, Ardi Bayu Firmansyah, pusat rehabilitasi bertujuan memulihkan harimau yang mengalami konflik dengan manusia serta menyelematkannya dari ancaman kepunahan. Sejauh ini rescue center TWNC telah merehabilitasi 13 harimau, tujuh diantaranya sudah dilepasliarkan kembali ke alam.

“Harimau itu sebagai top predator, di rantai makanan harimau ada di puncak. Harimau sebagai indikator bahwa kalau populasi harimau sumatera baik berarti ekosistem di tempat itu baik, karena satwa mangsa itu masih banyak,” ujar Ardi di kantor TWNC, Lampung beberapa waktu lalu.

Berdasarkan data World Wide Fund (WWF) pada 2018, keberadaan harimau sumatera di alam liar terdapat sekitar 400 ekor. Sementara hingga saat ini, berdasarkan pemantauan menggunakan camera trap, TWNC berhasil mengidentifikasi individu harimau kurang lebih 45 ekor yang mendiami kawasan Tambling.

Ardi menceritakan, medio 2008, TWNC menerima lima ekor harimau sumatera yang direlokasi ke pusat rehabilitasi TWNC usai berkonflik dengan manusia. Satu ekor buaya yang datang bersamaan dilepasliarkan di kawasan Tambling.

Sementara dua ekor harimau yang diberi nama Pangeran dan Agam dilepasliarkan pada 22 Juli 2008 setelah menjalani perawatan, sedangkan tiga ekor lainnya masih direhabilitasi. Kedua harimau itu menjadi pelepasliaran pertama di TWNC yang dilakukan oleh Menteri Kehutanan MS Kaban.

“Harimau yang dibawa ke sini untuk direhabilitasi dan setelah perilakunya siap, secara kesehatan siap, perilakunya normal, itu akhirnya dilepasliarkan kembali,” lanjut Ardi.

Setahun kemudian, pusat rehabilitasi satwa TWNC diresmikan sebagai Lembaga Konservasi Satwa oleh Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan pada 15 Oktober 2009. Lalu pada 22 Januari 2010, Zulkfili Hasan berkesempatan melepasliarkan dua harimau yakni Buyung dan Panti.

Pada 2011 ada seekor harimau yang terus-menerus mendekati pusat rehabilitasi TWNC. Setelah diamati ternyata harimau itu terluka sehingga petugas TWNC memutuskan untuk menangkapnya agar mendapatkan perawatan di kandang rescue.

Secara tak terduga, harimau itu adalah Panti yang diketahui dari ciri-cirinya yang sudah terdata di TWNC. Saat menjalani proses perawatan, Panti melahirkan tiga anak harimau yang diberi nama Bintang, Topan, dan Petir oleh almarhum Ani Yudhoyono.

Setelah menjalani rehabilitasi, Petir dan Panti akhirnya dilepasliarkan pada 3 Maret 2015 oleh Menteri KHLK Siti Nurbaya dan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Tak lama berselang pada 21 September, seekor anak harimau ditemukan dengan induknya di sekitar Pos Keamanan di enclave TWNC dengan luka serius di bagian perut.

Tim TWNC segera menyelamatkan anak harimau itu agar mendapatkan pengobatan. Hingga akhirnya, anak harimau yang kemudian diberi nama Muli dilepasliarkan pada 10 Juni 2017 oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Gatot juga melepasliarkan puluhan penyu dan ratusan burung ke alam liar.

Harimau-harimau itu kerap terekam kamera pengawas yang terpasang di beberapa titik TWNC maupun dipotret petugas yang berjumpa langsung dengan satwa top predator itu. Harimau juga sering berkeliaran di area padang rumput ketika sedang aktif mencari mangsa.

photo
Harimau sumatera yang tertangkap di Muara Enim Sumatera Selatan direhabilitasi di rescue centre harimau sumatera, Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) Provinsi Lampung, Jumat (24/1).

Hingga akhirnya, Tambling kedatangan satu ekor harimau sumatera yang direlokasi dari Muara Enim karena diduga berkonflik dengan manusia. Harimau itu masuk kotak perangkap Tim Satgas Penanggulangan Konflik Manusia dengan Harimau Sumatera dan Satwa Liar Provinsi Sumsel pada Selasa (21/1) pagi.

Perwakilan pengelola TWNC Hanna Lilies mengatakan, tak mudah merehabilitasi harimau. Selain karena satwa liar dan top predator, merawat harimau hingga siap dilepasliarkan pun membutuhkan biaya hingga ratusan juta untuk satu ekor harimau saja.

Mulai dari proses translokasi lebih dari Rp 300 juta, perawatan seperti makan satu ekor babi, obat-obatan, dan dokter hewan beserta tim mencapai Rp 35 juta per bulan. Perawatan itu terus diberikan sampai harimau siap dilepasliarkan, beberapa harimau bahkan membutuhkan waktu dua tahun untuk rehabilitasi.

Belum termasuk biaya pelepasliaran yang diperkirakan mencapai Rp 2 miliar. Biaya yang dikeluarkan demi mempertahankan keberadaan harimau sumatera, satwa asli Indonesia dan menjaga keseimbangan ekosistem alam.

Menurut Hanna, pemulihan dan pelestarian hutan sebagai habitat satwa liar penting dilakukan masyarakat. Dengan tak merusak habitatnya, satwa pun tak akan mengganggu aktivitas manusia.

“Dengan menjaga lingkungan, memahami keberadaan harimau, menjaga kelestarian, dan tidak mengganggu wilayahnya. Cara ini membuat harimau tidak mungkin akan masuk lagi ke permukiman dan berujung menyerang manusia,” kata dia.

Tak hanya harimau, TWNC juga mengidentifikasi beberapa satwa liar yang bahkan terancam punah seperti beruang madu (helarctos malayanus), ajag (cuon alpinus), siamang (symphalangus syndactylus), berang-berang hidung bulu (lutra sumatrana), gajah sumatera (elephas maximus sumatranus), surili (presbytis melalophos), tupai merah (petaurista petaurista), serta lutung (trachypithecus cristatus).

Lalu ada juga satwa yang dilindungi diantaranya kucing emas (pardofelis temminckii), macan dahan (neofelis diardi diardi), kukang (nycticebus coucang), dan lemur (galeopterus variegatus). TWNC diramaikan juga dengan berang berang (lutrogale perspicillata), kerbau liar (bubalus bubalis), rusa sambar (rusa unicolor), monyet ekor panjang (macaca fascicularis), serta ayam hutan merah (gallus gallus).

Satwa kelompok burung pun seperti bangau tong-tong, julang emas, rangkong badak, enggang klihingan, srigunting batu, elang bondol, sempidan biru, dan junai emas menempati Tambling. Ekosistem laut yang berada di CAL terdapat penyu sisik, kura-kura bukit, biawak leher kasar, ular cicin mas, ular bajing, penyu belimbing, kongkang totol, katak pohon bergaris, kongkang gading, percil jawa, katak bertanduk, penyu hijau, buaya muara, dan lain-lainnya.

Kemudian TWNC juga diisi berbagai tumbuhan langka seperti anggrek tebu (grammatophyllum speciosum), anggrek ekor tupai (rhyncostilis retusa), dan rafflesia. Hingga tumbuhan yang dilindungi undang-undang diantaranya light red meranti, damar, billian, dan dipterocarpus.

Petugas yang berjumlah 154 anggota rutin berpatroli mulai dari patroli laut, patroli berkuda, patroli udara, dan patroli hutan. Mereka bertugas melindungi TWNC dari aktivitas ilegal di dalam kawasan hutan seperti penebangan pohon, memburu satwa liar, dan hal-hal yang merusak alam lainnya.

Bahkan, tim patroli pernah menemukan kaki rusa sambar tergantung dengan tali di pohon pada 22 November 2015 di Blok 20 dan kepala landak pada 14 Juni 2015 di Blok 25, hingga bangkai beruang yang diambil taring, empedu, dan kuku. Pemburu satwa justru meninggalkan jejak.

“Ini mereka kayak nantangin, masih bisa memburu. Tapi kita justru tambah penjagaan di TWNC,” kata seorang petugas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement