Ahad 26 Jan 2020 15:00 WIB

Warga tak Lagi Kesulitan Seberangi Sungai Cimanuk

Sebelum adanya jembatan warga harus naik rakit untuk menyebrangi Sungai Cimanuk.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Gita Amanda
Warga melintas di jembatan gantung yang menghubungkan Desa Sukasenang, Kecamatan Banyuresmi, dan Kelurahan Lengkongjaya, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut, Ahad (26/1). Sebelum adanya jembatan itu, warga harus menggunakan rakit untuk menyeberangi Sungai Cimanuk.
Foto: Republika/Bayu Adji P
Warga melintas di jembatan gantung yang menghubungkan Desa Sukasenang, Kecamatan Banyuresmi, dan Kelurahan Lengkongjaya, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut, Ahad (26/1). Sebelum adanya jembatan itu, warga harus menggunakan rakit untuk menyeberangi Sungai Cimanuk.

REPUBLIKA.CO.ID, Raut wajah Aih Jenab (45 tahun) tampak gembira. Ia bersama ratusan warga di Desa Sukasenang, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, berkumpul di sisi Sungai Cimanuk, yang hari itu airnya mengalir cukup deras.

Berkumpulnya warga di sisi Sungai Cimanuk bukan tanpa alasan. Mereka menantikan kehadiran Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil datang ke tempat itu untuk meresmikan jembatan gantung yang baru dibuat. Sengaja warga langsung datang ke tempat itu untuk langsung berterima kasih kepada orang nomor satu di Jabar tersebut.

Baca Juga

Menurut Aih, adanya jembatan itu tentu sangat berguna untuk warga sekitar. Puluhan tahun tinggal di seberang Sungai Cimanuk, tepatnya di Kelurahan Lengkongjaya, Kecamatan Karangpawitan, ia selalu kesulitan untuk datang ke Desa Sukasenang, Kecamatan Banyuresmi. Jika tidak menggunakan rakit, ia harus memutar jalan jauh untuk sampai ke seberang sungai. Sementara, di daerah itu umumnya sekolah berada di Kecamatan Banyuresmi.

"Dari saya SMP, setiap berangkat sekolah saya selalu melepas sepatu. Menyeberang pakai rakit. Kalau tidak, harus memutar naik ojek karena jauh," kata dia, Ahad (26/1).

photo
Dulu anak-anak harus menggunakan rakit untuk menyebarangi Sungai Cimanuk. Hal ini terjadi karena di Sungai Cimanuk itu tidak dilengkapi dengan jembatan penghubung antarwilayah.

Kenangan yang dirasakan Aih setidaknya masih dialami oleh anaknya hingga tahun lalu. Setiap hendak sekolah, anak-anaknya harus menyeberangi sungai menggunakan rakit. Sementara, air Sungai Cimanuk tak selalu tenang. Kadang kala, ketika musim hujan tiba, air yang mengalir di Sungai Cimanuk menjadi sangat ganas dan berbahaya untuk diseberangi. Karena itu, menurut dia, menyeberangi Sungai Cimanuk harus bertaruh nyawa.

Ia mengaku sangat bersyukur dengan kehadiran jembatan di wilayah itu. "Ini sangat berguna untuk kita yang tinggal di sini," kata dia.

Tak hanya Aih yang merasa senang dengan kehadiran jembatan gantung itu, Ani (33) juga mengaku gembira. Sebelum adanya jembatan, warga harus naik rakit dengan ongkos Rp 2.000 untuk pergi pulang, setiap kali menyeberangi Sungai Cimanuk.

Ketika naik rakit, anak-anak sekolah biasanya harus membuka sepatunya agar tak kebasahan, sementara mengambil jalan memutar terlalu jauh jaraknya. "Soalnya sekolah banyak di Banyuresmi. Jadi warga Karangpawitan banyak yang menyeberang sungai untuk sekolah," kata perempuan yang memiliki tiga anak itu.

Ia berharap, jembatan itu dapat terus dirawat agar bertahan lama. Dengan begitu, warga dapat merasakan terus manfaat jembatan gantung tersebut.

Kepala Desa Sukasenang, Iwan Ridwan sangat berterima kasih kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) yang telah membuatkan jembatan gantung penghubung di wilayah itu. Dengan adanya jembatan itu, warga di Desa Sukasenang dan Kelurahan Lengkongjaya, dapat terhubung dengan mudah.

Ia mengatakan, pembangunan jembatan itu memang diajukan oleh pihak desa ke Pemprov. Dari sekira 500 proposal yang masuk ke pemprov, Desa Sukasenang masuk dalam prioritas di antara 24 wilayah lainnya.

"Pasti jembatan ini bermanfaat untuk peningkatan ekonomi dan lalu lintas anak-anak untuk sekolah," kata dia.

photo
Gubernur Jabar Ridwan Kamil meresmikan jembatan gantung penghubung dua kecamatan di Kabupaten Garut, Ahad (26/1). Sebelum adanya jembatan itu, warga harus mengambil jalan yang jaug memutar atau menaiki rakit untuk menyebrangi Sungai Cimanuk tersebut.

Sementara itu, Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, jembatan dengan panjang sekira 50 meter itu dibangun melalui program Jembatan Gantung Desa (Jantung Desa) pada 2019. Jembatan yang menghubungkan membentang di atas Sungai Cimanuk itu adalah satu di antara 23 jembatan gantung yang dibangun di Jabar melalui program Jantung Desa.

"Beberapa waktu lalu kita menyaksikan foto-foto viral, ada warga dan anak sekolah yang harus mempertaruhkan nyawa melintasi sungai demi belajar. Di sini salah satunya," kata dia.

Sebelum adanya jembatan, untuk melintasi sungai warga sekitar mesti mengambil jalan yang jauh memutar jalan. Jika ingin cepat, mereka harus menggunakan rakit untuk menyeberang.

Menurut Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, tak jarang rakit itu mengalami kecelakaan dan tenggelam. "Karena itu kita buatkan jembatan dengan program Jantung Desa," kata dia.

Ia menambahkan, warna jembatan yang unik yaitu kuning juga dapat dijadikan destinasi wisata lokal untuk warga sekitar. Bahkan, lanjut dia, berdasarkan keterangan warga sekitar, sudah ada beberapa orang yang melaksanakan pra-wedding di jembatan itu. Namun, yang lebih penting, jembatan itu harus berfungsi untuk peningkatan ekonomi dan akses pendidikan warga sekitar.

Emil menambahkan, selama 2019 Pemprov Jabar sudah membangun 23 jembatan gantung melalui program Jantung Desa. Rencananya, pada 2020 pemprov akan membangun 89 jembatan gantung serupa untuk meningkatkan aksesibilitas warga di Jabar, di mana delapan di antaranya akan berada di Garut.

"Anggaran satu jembatan sekira Rp 198 juta. Tahun lalu kombinasi antara anggaran pemerintah dan CSR," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement