Ahad 26 Jan 2020 07:27 WIB

Merapi Alami 13 Guguran 24 Jam Terakhir

BPPTKG masih menetapkan status merapi di level II atau waspada sejak Mei 2018.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Friska Yolanda
Rencana Kontijensi Erupsi Merapi. Gunung Merapi terlihat jelas dari kawasan Bukit Klangon, Sleman, Yogyakarta, Senin (13/1/2020).
Foto: Republika/ Wihdan
Rencana Kontijensi Erupsi Merapi. Gunung Merapi terlihat jelas dari kawasan Bukit Klangon, Sleman, Yogyakarta, Senin (13/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Aktivitas kegempaan yang dikeluarkan Gunung Merapi cukup tinggi. Bahkan, jika dilihat dari satu jenis kegempaan saja seperti gempa guguran, Gunung Merapi sudah mengeluarkan tidak kurang 13 gempa 24 jam terakhir.

Sejak Sabtu (25/1) dini hari, aktivitas gempa guguran sudah terjadi. Selama periode pengamatan 00.00-06.00 WIB saja, sudah terjadi empat gempa guguran yang beramplitudo 4-17 milimeter dengan durasi 22,08-91,84 detik.

Ditambah tiga gempa hembusan, satu gempa frekuensi rendah dan empat gempa fase banyak. Pada periode pengamatan 06.00-12.00 WIB telah terjadi tiga gempa guguran beramplitudo 3-10 milimeter dan durasi 13,9-60,6 detik.

Ini ditambah dua gempa hembusan dan satu gempa fase banyak. Pada periode pengamatan 12.00-18.00 WIB, terjadi empat gempa guguran beramplitudo 3-40 milimeter dan durasi 31,32-111,84 detik, ditambah satu gempa fase banyak.

Kemudian, periode 18.00-24.00 WIB, Petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Babadan, Triyono, melaporkan dua gempa guguran beramplitudo 4-12 milimeter dan durasi 42,72-43,32 detik, serta satu gempa hembusan dan tiga gempa fase banyak.

"Cuaca cerah dan berawan, angin bertiup lemah hingga sedang ke arah barat. Suhu udara 14,5-22,4 derajat celcius, kelembaban udara 34-83 persen dan tekanan udara 628,1-708,9 milimeter merkuri," kata Triyono, Ahad (26/1).

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) masih menetapkan tingkat aktivitas Gunung Merapi di level II atau waspada. Status ini bertahan hampir dua tahun sejak ditetapkan pada 21 Mei 2018.

BPPTKG mengingatkan beberapa potensi ancaman bahaya saat ini seperti berupa luncuran awan panas dari runtuhnya kubah lava. Serta, jatuhan material vulkanik dari letusan eksplositf.

Untuk itu, area dalam radius tiga kilometer dari puncak diminta tidak ada aktivitas manusia. Masyarakat diimbau mengantisipasi bahaya lahar, terutama saat terjadi hujan di sekitar puncak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement