Ahad 26 Jan 2020 04:44 WIB

Terapi untuk Penderita Virus Corona Jenis Baru

Sejauh ini, belum ada obat ataupun vaksin untuk virus Corona jenis baru.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Andri Saubani
Petugas medis menggunakan pakaian pelindung saat mengontrol ruangan khusus untuk wabah Virus Corona di Ruangan Isolasi Infeksi Khusus Kemuning Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin (RSHS), di Bandung, Jawa Barat, Jumat (24/1/2020).
Foto: Antara/Novrian Arbi
Petugas medis menggunakan pakaian pelindung saat mengontrol ruangan khusus untuk wabah Virus Corona di Ruangan Isolasi Infeksi Khusus Kemuning Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin (RSHS), di Bandung, Jawa Barat, Jumat (24/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia telah dihebohkan dengan masalah virus jenis terbaru yang menyerang Cina dan beberapa negara lainnya. Sejauh ini, belum ada obat ataupun vaksin untuk virus Corona jenis baru ini. Lalu bagaimana cara menangani pasien yang terpapar virus ini?

Menurut Dokter Spesialis Paru RS Awal Bros Bekasi Timur, dr. Annisa Sutera Insani, SpP, tindakan medis yang dapat dilakukan jika seseorang mengalami gejala-gejala terjangkit virus Corona jenis terbaru ini adalah dengan melakukan foto toraks. Jika hasil foto toraks tersebut sesuai gambaran Pneumonia dan ada kriteria SUSPEK (terduga), maka sebaiknya dilakukan uji diagnostik yang dapat dilakukan melalui swab tenggorokan atau pemeriksaan dahak.

Baca Juga

“Jadi, sebaiknya pasien yang mengalami gejala Coronavirus jenis terbaru ini sebaiknya dirujuk ke rumah sakit rujukan. Jika tidak bisa dirujuk, segera kunjungi rumah sakit lainnya dan sebaiknya pasien harus dirawat di ruang isolasi dan lakukan foto toraks berkala, terapi simptomatik (terapi yang dilakukan berdasarkan gejala yang dialami), terapi cairan, ventilator mekanik (bila terjadi gagal pernafasan), dan jika gejala yang dialami disertai infeksi bakteri, maka pasien dapat diberikan antibiotik,” ujar Annisa.

Virus nCoV atau Coronavirus jenis terbaru ini merupakan virus yang dapat menyebabkan Pneumonia. “Nama penyakitnya itu Pneumonia sedangkan penyebabnya yaitu Coronavirus,” ujarnya.

Pneumonia sendiri adalah infeksi atau peradangan akut di jaringan paru yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, parasit, jamur, pajanan bahan kimia atau kerusakan fisik paru. Gejala pneumonia secara umum adalah demam, batuk berdahak, sesak nafas atau nafas terasa berat. Secara umum, Pneumonia dapat menimbulkan infeksi berat (sepsis), kondisi shock, gagal napas hingga meninggal.

Menurut Annisa, terdapat beberapa vaksin Pneumonia yang ditujukan untuk mencegah Pneumonia. Namun, vaksin tersebut tidak bisa mencegah Pneumonia yang sedang outbreak saat ini (cNoV). Beberapa vaksin tersebut yaitu Vaksin Pneumokokus (atau PCV - Pneumococcal Conjugate Vaccine).

Vaksin PCV13 (merek dagang Prevnar®) yang memberikan kekebalan terhadap 13 strain bakteri Streptococcus Pneumoniae yang paling sering menyebabkan penyakit Pneumokokus pada manusia. Masa perlindungan sekitar 3 tahun. Vaksin PCV13 utamanya ditujukan kepada bayi dan anak di bawah usia 2 tahun.

Vaksin Pneumokokus PPSV23 (nama dagang Pneumovax 23®) yang memberikan proteksi terhadap 23 strain bakteri Pneumokokus. Vaksin PPSV23 ini ditujukan kepada kelompok umur yang lebih dewasa. Mereka adalah orang dewasa usia 65 tahun ke atas atau usia 2 hingga 64 tahun dengan kondisi khusus.

Di negara berkembang, bakteri Haemophilus Influenzae type B (Hib) merupakan penyebab Pneumonia dan radang otak (meningitis) yang utama. Di Indonesia, vaksinasi Hib telah masuk dalam program nasional imunisasi untuk bayi.

Karena Pneumonia merupakan proses peradangan akibat infeksi, terapi utamanya adalah pemberian antibiotik empiris spektrum luas sesegera mungkin sambil dicari tahu etiologinya. Antibiotik spektrum luas sendiri adalah antiobiotik yang diberikan ketika suatu penyakit belum diketahui jenis etiologinya dan pola kumannya. Setelah diketahui etiologinya, pasien dapat diberikan jenis antibiotik yang sesuai dengan pola kuman yang dimilikinya saat itu.

“Adapun tindakan medis yang harus dilakukan adalah oksigenasi, terapi cairan, terapi simtomatik, serta penggunaan ventilator jika gagal napas,” ujarnya.

Menurutnya, belum ada vaksin yang spesifik untuk virus nCoV atau Coronavirus jenis terbaru tersebut tersebut. Maka dari itu, hal yang bisa dilakukan adalah elakukan kebersihan tangan rutin, terutama sebelum memegang mulut, hidung dan mata, serta setelah memegang instalasi publik.

Mencuci tangan dengan air dan sabun cair serta bilas setidaknya 20 detik. Cuci dengan air dan keringkan dengan handuk atau kertas sekali pakai. Jika tidak ada fasilitas cuci tangan, gunakan alkohol 70 sampai 80 perssn handrub.

Menutup mulut dan hidung dengan tisu ketika bersin atau batuk. Ketika meiliki gejala saluran pernafasan, gunakan masker dan segera berobat ke fasilitas layanan kesehatan.

Jika akan melakukan perjalanan ke tempat yang sudah ditemukan kasus Coronavirus jenis terbaru ini, maka sebaiknya Anda dapat melakukan beberapa pencegahan. Misalnya, hindari menyentuh hewan atau burung. Hindari mengunjungi pasar basah, peternakan, atau pasar hewan hidup.

Hindari kontak dekat dengan pasien yang memiliki gejala infeksi saluran pernafasan. Patuhi petunjuk keamanan makanan dan aturan kebersihan.

Jika merasa kesehatan tidak nyaman ketika di daerah outbreak terutama demam atau batuk, gunakan masker dan segera kunjungi layanan kesehatan terdekat. Setelah kembali dari daerah wabah (outbreak), konsultasi ke dokter jika terdapat gejala demam atau gejala lain. Jangan lupa untuk menginformasikan kepada dokter riwayat perjalanan serta gunakan masker untuk mencegah penularan penyakit.

photo
Ganasnya Virus Corona Jenis Baru

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement