REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) BPPT, Tri Handoko Seto menjelaskan TMC tidak dimaksudkan untuk menghilangkan hujan di Jabodetabek. Ia menuturkan, yang dilakukannya adalah mengurangi curah hujan yang berpotensi menyebabkan banjir di wilayah tersebut.
Ia mengatakan, operasi TMC dilakukan ketika awan-awan yang tumbuh di Selat Sunda dan Laut Jawa diperkirakan akan mengakibatkan genangan banjir. "Jika diyakini aman, maka operasi TMC tidak dilakukan," kata Tri Handoko, kepada wartawan, Jumat (24/1).
Ekskalasi operasi TMC, kata dia, benar-benar didasarkan pada tingkat ancaman banjirnya. Ketika diperkirakan ancaman banjir awan penyebab hujan kuat, maka operasi TMC akan dilakukan dengan empat sorti penerbangan. Sebaliknya, jika ancaman tidak ada maka tidak dilakukan penerbangan.
"Tanggal 13 dan 14 Januari kami tidak melakukan operasi TMC karena tidak adanya ancaman banjir," kata Tri Handoko menjelaskan.
Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), TNI, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan modifikasi cuaca untuk mengurangi curah hujan. Hal itu berkaitan dengan curah hujan ekstrem yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya.
Kepala BPPT, Hammam Riza menjelaskan, terkait lokasi dilakukan operasi TMC berkaitan dengan datangnya awan. Apabila sudah ada awan yang datang maka pesawat akan langsung terbang dan kemudian melakukan penyemaian mencegah agar awan tersebut tidak menurunkan hujan di Jabodetabek.
Pengalaman BPPT bekerja sama dengan BNPB dan TNI melakukan operasi TMC sebelumnya berhasil mengurangi curah hujan dan meminimalisasi terjadinya banjir. Pada 2013-2014, modifikasi cuaca mampu mengurangi curah hujan hingga 30-40 persen.
Kepala BNPB Doni Monardo mengatakan hujan yang terjadi di awal tahun cukup ekstrem. Curah hujan tertinggi terjadi di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur yakni mencapai 377 mm. "Kalau kita lihat dari data sebelumnya, mungkin ini yang tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Ini adalah kondisi alam yang mungkin merupakan siklus sekian puluh tahun atau sekian ratus tahun," kata Doni.