Jumat 24 Jan 2020 16:19 WIB

Cerita Mahasiswa Indonesia di Wuhan Kala Corona Mewabah

Transportasi publik di Wuhan, China masih belum beroperasi akibat wabah virus Corona.

Warga melintasi Stasiun Kereta Hankou Railway yang ditutup pemerintah. Setelah seluruh Kota Wuhan disolasi untuk menghindari penyeberan virus nCoV.
Foto: China Daily via Reuters
Warga melintasi Stasiun Kereta Hankou Railway yang ditutup pemerintah. Setelah seluruh Kota Wuhan disolasi untuk menghindari penyeberan virus nCoV.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febryan A, Fergi Nadira, Sapto Andika Candra, Desy Susilawati

Hingga Jumat (24/1), Pemerintah China masih mengisolasi Kota Wuhan guna mencegah penyebaran virus Corona baru (2019-nCoV). Semua transportasi publik dari dan menuju ibu kota Provinsi Hubei itu masih belum beroperasi sejak pertama kali ditutup Kamis (23/1) kemarin.

Baca Juga

Yuliannova Lestari Chaniago (26 tahun), mahasiswa Indonesia di Wuhan, mengatakan, per hari ini transportasi publik belum mulai beroperasi. "Belum ada kepastian dari Pemerintah Tiongkok sampai kapan aktivitas transportasi publik akan beroperasi kembali," katanya ketika dihubungi Republika dari Jakarta, Jumat.

Penghentian trasnportasi publik itu mencakup bus, kereta dan feri. Padahal, besok, Sabtu (25/1), adalah tahun baru China atau Imlek. Di mana biasanya masyarakat mudik ke kampung halaman, ataupun berkumpul bersama sanak famili. Namun, momen Imlek juga dikhawatirkan otoritas setempat akan meningkatkan potensi penularan virus tersebut. Kota Wuhan berpenduduk 11 juta jiwa.

Yuli mengatakan, penghentian aktivitas transportasi publik itu memang sedikit membuat Wuhan lebih sepi dibandingkan Imlek tahun lalu. Namun demikian, sembako untuk keperluan sehari-hari masih tersedia. Termasuk ketersediaan obat-obatan dan bahan bakar kendaraan.

Yuli menambahkan, penghentian transportasi publik itu tidak terlalu berpengaruh ke mahasiswa asli China. Sebab, mereka sudah lebih dulu mudik sebelum akses ditutup. Sebab, libur musim dingin jelang Imlek sudah dimulai sejak 19 Desember lalu.

"Sejak Desember juga mahasiswa lokal sudah pada balik ke kampung masing-masing. Wuhan itu kan kota," katanya. Yuli merupakan kandidat PhD Hubungan Internasional di Central China Normal University.

Sedangkan, mahasiswa yang tersisa di asrama, kata Yuli, hanya mahasiswa dari luar negeri. Mereka diminta oleh otoritas setempat untuk tetap berada di asrama guna mengurangi potensi terjangkit virus korona.

Yuli mengatakan, mahasiswa Indonesia di Wuhan saat ini jumlahnya 83 orang. 73 di antaranya memang mahasiswa yang menetap di sana, sedangkan sisanya adalah mahasiswa yang sedang berkunjung.

Yuli juga mengklaim bahwa semua WNI di Wuhan hingga saat ini belum ada terjangkit virus Corona. "Kita orang Indonesia di sini aman dan baik-baik saja. Kalaupun ada apa-apa kita diminta langsung menghubungi pihak KBRI Beijing," ucapnya.

Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) cabang Wuhan Nur Musyafak mengatakan, terdapat 93 warga negara Indonesia (WNI), 60 di antaranya mahasiswa, berada di Wuhan, China. Hingga kini, tidak ada laporan WNI di Kota Wuhan yang terjangkit virus Corona jenis baru itu.

"Semua mahasiswa rata-rata tinggal di asrama, dan selalu dalam pantauan kampus," kata Nur dalam pernyataan tertulisnya kepada Republika, Jumat (24/1).

Nur yang kini sudah berada di Indonesia, tepatnya di Madura masih melakukan kontak dengan seluruh pengurus PPI di China. PPI Wuhan juga selalu berkoordinasi dengan KBRI Beijing, Direktorat Perlindungan WNI dan BHI, serta telah bergabung dengan group WeChat untuk memudahkam komunikasi dan konsultasi.

"WNI di Wuhan dimonitor oleh KBRI Beijing tiap saat, KBRI juga meminga untuk tidak panik," katanya.

Menurutnya, hampir seluruh kampus di Wuhan melalukan tindakan pencegahan dengan memberikan masker, sabun cair, dan thermometer gratis kepada tiap mahasiswa. Pemerintah juga telah memastikan pasokan ke Wuhan tidak terganggu dan supermarket akan menambah stok makanan.

[video] Bandara Soeta Gunakan Pemindai Suhu Cegah Virus dari China

Virus Corona jenis baru mula-mula menyebar di Kota Wuhan, China, pada akhir Desember lalu. Virus itu diketahui merupakan varian baru penyebab sejenis Sindrom Pernapasan Akut Berat (SARS) yang belum pernah terdeteksi sebelumnya. Mulanya diduga berasal dari hewan, belakangan disimpulkan bahwa virus itu juga bisa menular antarmanusia.

Jumlah korban meninggal akibat virus itu hingga Jumat (24/1) siang telah mencapai 26 orang. Jumlah itu merupakan lonjakan nyaris tiga kali lipat dari jumlah yang tercatat pada Selasa (21/1) sebanyak 9 orang. Sedangkan pasien yang tertular di China telah mencapai 830 orang.

Virus Corona yang berasal dari Wuhan menyebar ke berbagai wilayah padat penduduk seperti Beijing, Shanghai, Makau dan Hong Kong. Penularan juga ditemukan telah sampai ke Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Thailand, Filipina, dan yang terbaru di Amerika Serikat.

Penularan dikhawatirkan akan mencapai puncaknya menjelang perayaan Tahun Baru Imlek. Hal ini karena jutaan warga China akan melaksanakan mudik saat itu.

"Peningkatan pergerakan masyarakat secara objektif meningkatkan risiko penyebaran wabah," kata wakil menteri Komisi Kesehatan Nasional, Li Bin.

Di Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan, bahwa hingga saat ini tidak ada pasien suspect terjangkit virus Corona. Presiden mengaku telah memerintahkan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto untuk terus memonitor seluruh perkembangan yang ada mengenai penyebaran virus Corona.

"Kita juga sudah siap mengecek dengan scanner setiap kedatangan dari luar (negeri), siapa pun yang kita perkirakan kemungkinan besar terjangkit. Tapi sampai sekarang informasi yang saya terima dan moga-moga seterusnya, tidak ada yang terjangkit Corona," ujar Presiden Jokowi di Istana Negara, Jumat (24/1).

Sebelumnya, beredar kabar terdapat satu pasien suspect terjangkit virus Corona di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta. Pihak RSPI mengonfirmasi hal ini, namun masih menunggu hasil dari Litbangkes.

Direktur Medik dan Perawatan RSPI, dr Diany Kusumawardhani, mengatakan ada satu pasien dengan status suspect. Tetapi, kata Diany, kondisi pasien itu saat ini masih stabil dan tidak ada perburukan.

Pasien yang dimaksud adalah warga negara Indonesia dan ada riwayat perjalanan ke China. Pasien tersebut harus mendapat perhatian khusus karena mengalami gejala-gejala demam, batuk, dan sesak napas.

"Jadi untuk yang dianjurkan bagi siapa pun yang merasakan gejala-gejala tersebut dan ada riwayat berpergian ke China atau negara sekitarnya dan timbul hingga 14 hari setelah perjalanan diminta untuk waspada dan pemeriksaan lebih lanjut," ujarnya.

photo
Virus Corona Jenis Baru

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement