Jumat 24 Jan 2020 14:16 WIB

Wapres Bagi Pengalaman Damai Indonesia

Wapres berbagi pengalaman Indonesia dalam menjaga kedamaian dalam CDI

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Esthi Maharani
Wakil Presiden Maruf Amin saat menjadi pembicara kunci dalam pertemuan Komite Eksekutif koalisi internasional partai berbasis agama berhaluan tengah atau Centrist Democrat International (CDI) di Yogyakarta, Jumat (24/1).
Foto: KIP/Setwapres
Wakil Presiden Maruf Amin saat menjadi pembicara kunci dalam pertemuan Komite Eksekutif koalisi internasional partai berbasis agama berhaluan tengah atau Centrist Democrat International (CDI) di Yogyakarta, Jumat (24/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin membagikan pengalaman Indonesia dalam menjaga kedamaian di tengah bangsa yang memiliki berbagai ras, agama dan suku bangsa. Ma'ruf membagikan hal tersebut dalam pertemuan Komite Eksekutif koalisi internasional partai berbasis agama berhaluan tengah atau Centrist Democrat International (CDI) di Yogyakarta, Jumat (24/1).

 

Ma'ruf menyebut, tidaklah mudah bagi Indonesia yang terdiri sekitar 300 kelompok etnis atau 1340 ras berbeda-beda, dan hidup tersebar di lebih dari 17 ribu kepulauan nusantara. Tak hanya itu, setiap wilayah memiliki budaya, bahasa dan agama ataupun kepercayaan yang berbeda pula.

"Mungkin Indonesia adalah negara paling heterogen di dunia, namun demikian kami tetap utuh bersatu karena kami menjaga kesepakatan," ujar Ma'ruf dalam keterangan tertulis yang diterima wartawan, Jumat (24/1).

Ma'ruf menerangkan, kesepakatan bangsa Indonesia telah dikukuhkan sebagai dasar pembentukan negara Indonesia pada tahun 1945, yaitu Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI. Kesepakatan itulah yang menjadikan keberagaman sebagai kekuatan dalam menjaga persatuan bangsa Indonesia. Ini juga kata Ma'ruf, menjadi prinsip keagamaan  dalam perspektif masyarakat Islam Indonesia.

"Menjaga kesepakatan menjadi bagian dari prinsip keagamaan. Kami menyebutnya sebagai Al-Mitsaq Al-Wathani, yang berarti kesepakatan nasional yang tidak boleh dicederai," kata Ma'ruf.

Ma'ruf mengatakan, meski muslim sebagai mayoritas, namun umat Islam Indonesia tidak memaksakan dasar agama sebagai dasar negara Indonesia. Selain itu, kabinet Pemerintahan dalam semua periode juga selalu mencerminkan keterwakilan etnis maupun agama yang berbeda. Bahkan semua agama di Indonesia memiliki hari-hari libur resmi nasional, tanpa kecuali.

"Dalam rangka menjaga kesepakatan nasional sebagai satu bangsa, pemerintah senantiasa menjaga keharmonisan antar umat di Indonesia, melalui kerjasama dengan semua majelis agama," kata Ma'ruf.

Karena itu, ke depan peserta CDI yang memiliki anggota lebih dari 151 partai dari 70 negara itu, ia mendorong perlunya kesepakatan-kesepakatan. Sebab, esensi demokrasi adalah dialog dan kesepakatan untuk hidup bersama dengan saling menerima, saling menghormati perbedaan. Ia pun berharap acara CDI ini bisa bermanfaat untuk menjembatani pemahaman terhadap Islam secara lebih proporsional di dunia internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement