REPUBLIKA.CO.ID,SUMEDANG--Di bulan pertama Tahun 2020, para pejabat dan pegawai di lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Sumedang, Rabu (22/1), mengikuti kegiatan Taklim Aparatur yang digelar di Pendopo IPP setelah sebelumnya mengakui apel pagi. Taklim dibuka oleh Sekretaris Daerah Herman Suryatman dan menghadirkan Ustadz Rahwan Sanusi selaku penceramah dengan tema Ibadah. Sekda berharap taklim tersebut dapat meningkatkan kualitas hidup dan kualitas kinerja para pegawai, khususnya di lingkup Setda, sehingga mengandung nilai ibadah.
"Kita bekerja tidak hanya berorientasi hasil tetapi juga insyaalloh berbasis spriritual sehingga apa yang kita lakukan menjadi ibadah yang semata-mata mencari ridho Allah," ujar Herman dalam siaran pers yang diterima Republika, Kamis (23/1). Ia juga tidak mengharapkan taklim aparatur terjebak oleh dogma (agama.red) semata tetapi harus bersifat implementatif sehingga bisa diaktualisasikan dalam keseharian, khususnya di lingkungan kerja. "Jadi harus ada perbedaan (antara) sebelum mengikuti taklim dan sesudah mengikuti taklim. Paling tidak dari sisi spritual," kata Herman.
Ia mencontohkan bahwa banyak perintah dan dalil untuk menjaga kebersihan, namun kenyataannya masih banyak umat yang mengabaikannya. Begitu juga dengan perintah untuk bersiap-siap melanjutkan pekerjaan dimana telah menuntaskan suatu pekerjaan, faktanya selalu tidak dikerjakan. "Saya kira Kalam Ilahi sudah jelas dan tegas, tinggal bagaimana kita mengeksekusinya sehingga bermanfaat bagi keseharian maupun jangka panjang," tuturnya.
Sementara itu, Ustadz Rahwan Sanusi menyampaikan bahwa banyak orang yang keliru dengan menganggap ibadah itu hanya sebatas perintah shalat, puasa, haji, atau ibadah lainnya yang bersifat. Padahal menurutnya masih banyak hal lainnya yang bisa menarik pahala jika diniati ibadah. "Ibadah itu ada yang bersifat mahdoh yang berdasarkan dalil perintah, langsung dicontohkan Rasul, bersifat suprarasional dan asasnya ketaatan, contohnya salat, puasa, zakat dan lainnya. Ada juga yang bersifat ghoir mahdoh bersifat sebaliknya asal diniati dengan ibadah," jelasnya.
Rahwan mengajak jemaah agar segala sesuatu yang dilakukan diniatkan untuk ibadah, termasuk ketika berkerja. Tak lupa mengingatkan agar ibadah harus didasarkan keimanan. "Syarat diterima amal ibadah adalah iman. Oleh karena itu, orang yang beramal tetapi tidak beriman hanya akan dibalas di dunia saja. Namun tidak akan berarti di akhirat kelak," ujarnya.
Rahwan pun menanggapi pertanyaan salah satu jemaah tentang bagaimana mengatasi menurunnya frekuensi ibadah karena menurunnya iman. KKetika iman naik, produktivitas ibadah pun turut naik. Begitu pula sebaliknya. Agar tetap stabil maka jangan pernah berhenti tolabul 'ilmi dan sering berkumpul dengan ulama," ucapnya.