Rabu 22 Jan 2020 21:38 WIB

Kemenkes: Tak Ada WNI di Negara Endemis Virus Corona Wuhan

Kemenkes belum menetapkan travel advisory-travel ban ke negara endemis virus korona.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Reiny Dwinanda
Menyibak fakta pneumonia Wuhan.
Foto: Republika
Menyibak fakta pneumonia Wuhan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hingga Rabu (22/1) sore, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat belum ada warga negara Indonesia (WNI) yang berada di negara endemis pneumonia berat yang bermula di Wuhan, China. Warga Tanah Air juga belum ada yang terdeteksi terinfeksi virus corona yang telah bermutasi itu.

"Belum ada (WNI di luar negeri yang terinfeksi virus), tetapi data paling valid di Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) setiap negara," ujar Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kemenkes Vensya Sitohang saat temu media update virus penyebab pneumonia di China, di Kemenkes, Jakarta, Rabu (22/1) sore.

Baca Juga

Meski sudah ratusan kasus pneumonia terjadi akibat virus ini, Kemenkes belum menetapkan travel advisory atau travel ban ke negara-negara endemis seperti China. Vensya menyebutkan, pihaknya hanya bisa memberikan informasi perjalanan (travel information) mengenai hal-hal yang harus diketahui dan diwaspadai oleh pelancong yang melawat ke negara endemis penyakit tersebut.

Vensya menjelaskan, virus corona itu berasal dari hewan yang terinfeksi kemudian menularkannya ke manusia. Menurutnya, masa inkubasi virus corona jenis baru (novel coronavirus, nCov) itu selama tujuh hingga 14 hari.

Hingga kini, belum ada obat dan vaksinnya untuk penyakit yang ditimbulkannya. Sejauh ini, petugas medis hanya mengobati sesuai gejala yang muncul, misalnya demam, panas, atau sesak napas.

"Jadi kami tidak bisa berbicara lebih dalam karakteristik virus ini," ujarnya.

Sebagai langkah antisipasi, Kemenkes meminta pemerintah daerah menyiapkan layanan kesehatan penyakit ini, utamanya di 19 titik tempat penerbangan langsung dari China ke Indonesia. Ia menyebutkan, pintu masuk kedatangan langsung penerbangan dari China dan sebaliknya ialah Jakarta, Tangerang, Bandar Lampung, Padang, Tarakan, Balikpapan, Manokwari, Sampit, Bandung, Jambi, Tanjung Balai Karimun, dan Samarinda.

Selain itu, penerbangan serupa ada dari dan ke Palembang, Tanjung Pinang, Denpasar, Surabaya, Batam, Bitung, dan Manado. Selain itu, phaknya juga meminta pihak rumah sakit daerah dan provinsi menyiapkan dan menangani penyebaran virus ini.

Rumah sakit swasta juga diminta untuk mengantisipasinya. Selain itu, Vensya meminta warga Indonesia yang setelah pergi dari negara endemis supaya lebih peka terhadap gejala-gejala penyakit itu, yaitu panas, batuk, sampai ke badan.

"Ini harus dicurigai. Jangan dianggap flu biasa, kita lebih baik curiga kemungkinan yang terburuk dan kasusnya bisa tertangani dengan baik sehingga bisa mengeliminasi penularan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement