Rabu 22 Jan 2020 10:55 WIB

Korban Meninggal Virus Corona Terus Bertambah

China mengonfirmasi sembilan orang meninggal akibat virus korona semuanya dari Wuhan.

Seorang petugas memonitor layar termometer infared bagi pengguna kereta di Stasiun Kereta Hankou di Wuhan, Hubei, China, Selasa (21/1). Penyakit akibat virus korona jenis baru pertama ditemukan di Wuhan Desember lalu.
Foto: AP
Seorang petugas memonitor layar termometer infared bagi pengguna kereta di Stasiun Kereta Hankou di Wuhan, Hubei, China, Selasa (21/1). Penyakit akibat virus korona jenis baru pertama ditemukan di Wuhan Desember lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Kamran Dikarma, Gumanti Awaliyah

Korban virus corona jenis baru terus bertambah. China menyebut sembilan orang meninggal dan penderitanya mencapai 440 orang.

Baca Juga

Seluruh korban meninggal, dikatakan Deputi Direktur Komisi Kesehatan Nasional China Li Bin, berasal dari Provinsi Hubei tempat ditemukannya penderita pertama di Kota Wuhan. Penyakit ini pertama muncul Desember tahun lalu.

Li mengatakan, Jepang dan Korea Selatan sudah mengonfirmasi adanya masing-masing satu kasus. Sedang Amerika dan Taiwan juga masing-masing satu kasus dan tiga kasus terjadi di Thailand.

Li Bin mengungkapkan pihaknya telah menemukan 2.197 kasus lain akibat kontak dengan para pengidap virus corona. Ada bukti penularan virus melalui pernapasan. 

Menurut Li mutasi virus dan penyebaran penyakit masih kemungkinan masih akan berlanjut. Oleh sebab itu kerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan diperkuat. 

Li mengimbau agar penduduk Wuhan yang menjadi sumber atau pusat wabah tak bepergian ke luar kota. Hewan hidup pun dilarang memasuki kota tersebut. 

Juru bicara WHO Tarik Jasarevic mengatakan saat pengawasan terhadap penyebaran virus dilakukan, Cina kemungkinan akan menemukan kasus-kasus baru. "Jika Anda meningkatkan pengawasan dan pengujian, Anda cenderung memperoleh angka baru," katanya. 

Dikutip dari South China Morning Post, Rabu (22/1), komisi kesehatan telah meminta institusi kesehatan mengkarantina seluruh pasien dan mereka yang terkena kontak langsung dengan pasien. Karantina dikatakan Li sebagai bentuk pencegahan dan pengontrolan tindakan.

Pada Selasa, komisi kesehatan sudah meningkatkan status virus korona ke Kelas B atau penyakit menular. Namun akan menggunakan kontrol ketat dari penyakit Kelas A untuk mengatasi wabah. Artinya, setiap ada kasus harus dilaporkan setiap dua jam dan dimonitor.

Penyebaran wabah ini meningkat jelang Imlek. Saat ini jutaan orang China akan pergi keluar negeri atau pulang kampung.

Dikutip dari AP, pejabat sudah mengatakan terlalu dini untuk membandingkan virus baru ini dengan SARS atau MERS dalam konteks berapa berbahayanya penyakit. Peningkatan jumlah korban dan penderita namun membutuhkan peningkatan deteksi dan monitoring.

Penyebaran wabah virus corona jenis baru ini paling jauh terjadi di Amerika. US Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengumumkan kasus pertama akibat virus tersebut pada Selasa (21/1).

Warga AS yang tertular virus corona kini sedang diisolasi di Providence Regional Medical Center di Everett, Washington. Pria berusia 30-an tahun itu diketahui telah melakukan perjalanan ke Wuhan.

Dia tiba di Seattle-Tacoma International Airport pada 15 Januari. Saat itu pemeriksaan virus corona belum dimulai di bandara AS. Ia mencari perawatan medis pada 19 Januari.

Saat ini CDC dan otoritas Washington sedang melacak orang-orang yang pernah melakukan kontak dengan pria tersebut sejak kembali dari Wuhan. Sebab virus corona dapat menular dari manusia ke manusia.

"Kami yakin risikonya bagi publik rendah," ujar pejabat kesehatan Washington John Wiesman, dikutip laman CNN.

Akhir pekan lalu CDC memulai pemeriksaan kesehatan bagi para penumpang yang baru kembali dari Wuhan di Bandara Internasional John F Kennedy, Los Angeles, dan San Francisco. Para petugas memeriksa suhu tubuh dan observasi gejala seperti batuk dan sesak napas.

CDC telah meningkatkan peringatan perjalanan ke Wuhan dari level satu ke level dua dari tiga level yang mungkin. Pada level tersebut warga diimbau mempraktikkan tindakan pencegahan yang ditingkatkan.

Virus corona telah menginfeksi lebih dari 300 orang di China. Tak hanya di Wuhan, virus tersebut kini telah tersebar ke beberapa kota seperti Beijing, Shanghai, dan Shenzhen. Beberapa negara seperti Thailand, Korea Selatan (Korsel), dan Jepang juga telah menemukan adanya virus tersebut. Hingga kini virus itu telah membunuh enam orang.

Virus corona Wuhan ada dalam keluarga yang sama dengan sindrom pernapasan akut atau SARS dan MERS. SARS membunuh lebih dari 700 orang pada 2002-2003. Sementara MERS menyebabkan 449 orang meninggal pada 2015.

Taiwan juga telah melaporkan adanya kasus virus corona di negaranya. Seorang wanita berusia 50-an yang kembali ke Taiwan, setelah bekerja di kota Wuhan diduga telah terinfeksi virus corona jenis baru tersebut.

Pusat Pengendalian Penyakit Taiwan menyampaikan, wanita yang berasal dari Taiwan selatan itu dilarikan ke rumah sakit sesampainya tiba di bandara Taiwan pada Senin (20/1) waktu setempat. Ia dilarikan ke RS lantaran menunjukkan gejala infeksi virus corona baru seperti demam dan batuk.

Atas temuan kasus itu pemerintah Taiwan tetap meminta masyarakatnya untuk tidak panik. Sebab wanita itu telah diidentifikasi segera setelah dia tiba di Taiwan.

"Kami juga telah melapor kepada China dan Organisasi Kesehatan Dunia tentang temua kasus itu," tambah Pemerintah Taiwan dilansir Reuters, Selasa (21/1).

Diketahui, Taiwan memiliki hubungan ekonomi dan hubungan antar-warga dengan China, meskipun belakangan ini ada ketegangan politik antara kedua belah pihak. Untuk mengantisipasi penyebaran kasus ini, Taiwan juga telah menyiapkan lebih dari 1.000 tempat tidur di ruang isolasi jika virus menyebar lebih jauh.

Hari ini rencananya WHO akan menggelar rapat untuk membahas virus corona jenis baru ini. Rapat juga akan menentukan apakah diperlukan status darurat bagi penyakit ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement