Selasa 21 Jan 2020 11:17 WIB

WHO Gelar Rapat Darurat Bahas Virus Vorona China

Rapat WHO akan menentukan apakah wabah virus corona China darurat atau tidak.

Pelancong dari Wuhan, China, harus melewati pemindai suhu tubuh di Bandara Narita, Jepang. Virus korona misterius yang bermula di Wuhan telah menimbulkan korban keempat meninggal per 21 Januari 2020.
Foto: Kyodo via AP
Pelancong dari Wuhan, China, harus melewati pemindai suhu tubuh di Bandara Narita, Jepang. Virus korona misterius yang bermula di Wuhan telah menimbulkan korban keempat meninggal per 21 Januari 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fergi Nadira, Rizky Jaramaya, Antara

Pneumonia misterius yang berasal dari virus varian baru dari virus corona semakin menyebar di China. Kematian keempat sudah dilaporkan akibat virus yang ada keterkaitannya dengan Sindrom Pernapasan Akut (SARS).

Baca Juga

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan akan menggelar pertemuan darurat pekan ini, Rabu (22/1) guna membahas penyebaran virus. Panel WHO akan digelar di Jenewa untuk menentukan apakah virus dinyatakan wabah dan darurat kesehatan internasioal atau tidak.

Ketentuan itu merupakan penunjukkan langka yang hanya digunakan untuk epidemi yang paling parah. WHO sebelumnya mengatakan, bahwa sumber hewan menjadi pemicu utama yang paling mungkin penularan virus corona.

WHO mengatakan, kasus-kasus baru di China adalah hasil dari peningkatan pencarian dan pengujian (virus) di antara orang yang menderita penyakit pernapasan. Virus ini mulai terdeteksi di kota Wuhan, China yang memiliki 11 juta penduduk.

Kota itu berfungsi sebagai pusat kota transportasi utama, apalagi sealama liburan Tahun Baru Imlek dimulai. Ratusan juta orang China mulai berpergian ke seluruh negeri untuk mengunjungi keluarga. Hal itulah yang menjadi kekhawatiran mendalam pemerintah China dalam penyebaran virus ini.

Para ilmuwan di Pusat Analisis Penyakit Menular Global MRC di Imperial College, London memperingatkan bahwa jumlah kasus di Wuhan kemungkinan akan mendekati 1.700, jauh lebih tinggi dari angka resmi. Pihak berwenang Wuhan mengatakan, pihaknya telah memasang termometer inframerah di bandara dan stasiun kereta api di seluruh kota. Penumpang yang demam didaftarkan, diberi masker, dan dibawa ke institusi medis.

Virus dari Wuhan ini mulai meyebar ke kota-kota China lain, seperti Beijing, Shanghai, dan Goangdong, serta hingga tiga negara Asia.

Menimbang kasus ini pun, Presiden China Xi Jinping mengatakan, pemerintah China akan berupaya dengan maksimal melindungi keselamatan warganya. Xi mengatakan, perlu merilis informasi tentang epidemi dengan tepat waktu.

"Perlu kerja sama internasonal, dan pemerintah China memastikan rakyat menikmati Festival Musim Semi yang stabil dan damai," ujar Xi mengutip CCTV dilansir Channel News Asia, Selasa (21/1).

"Keselamatan masyarakat, dan kesehatan mereka harus menjadi prioritas utama, dan penyebaran wabah harus diatasi dengan tegas," ujar Xi.

Otoritas Kesehatan Kota Wuhan melaporkan orang keempat yang meninggal dunia karena wabah virus corona misterus, Selasa (21/1) waktu setempat. Korban jiwa adalah seorang pria berusia 89 tahun.

Pria 89 tahun itu jatuh sakit awalnya pada 13 Januari dan dirawat di rumah sakit dengan kesulitan bernapas pada lima hari berturut-turut. Otoritas Wuhan kemudian mengumumkan, hari berikutnya ia meninggal.

Pernyataan Otoritas Wuhan mencatat, bahwa pasien juga memiliki penyakit kesehatan yang mendasarinya seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung koroner. Jika ditotal hingga kini, ada 169 orang dirawat di rumah sakit di Wuhan, tempat pertama kali adanya virus ini.

Dalam pernyataan terpisah yang diumumkan di akun resmi Weibo, Komisi Kesehatan Wuhan mengatakan, 15 petugas medis di kota itu didiagnosis menderita pneumonia. Dari petugas medis yang terinfeksi, satu berada dalam kondisi kritis.

Berita tentang kematian orang keempat ini muncul setelah seorang pakar pemerintah Beijing mengatakan, virus ini menular antar manusia. Hingga kini pun para ilmuwan berupaya keras untuk mengetahui cara penularannya. Pasar makanan laut di Wuhan diyakini sebagai pusat penyebarannya.

Kendati demikian, seorang ilmuwan di Komisi Kesehatan Nasional China, Zhong Nanshan mengatakan, pasien dapat tertular virus baru tanpa mengunjungi kota. "Saat ini, dapat dikatakan itu adalah afirmatif bahwa ada fenomena penularan dari manusia ke manusia," ujarnya dalam wawancara dengan CCTV.

Pihak berwenang mengonfirmasi total 217 kasus baru virus di China pada Senin (20/1) pukul 18.00 waktu setempat. Dari jumlah tersebut, 198 ada di Wuhan.

Varian virus baru dari virus corona ini juga mengkhawatirkan karena memiliki keterkaitan dengan Sindrom Pernapasan Akut (SARS) yang pernah menghantui Cina dan Hong Kong pada 2002-2003. Kala itu hampir 800 orang meninggal akibat SARS secara global.

photo
Penumpang kereta di Hong Kong mengenakan masker sebagai perlindungan kesehatan. Di China daratan dan Hong Kong muncul kasus pneumonia berat yang bermula dari kota Wuhan.

Virus corona diketahui pertama kali muncul terdeteksi di kota Wuhan. Otoritas Kesehatan Wuhan mencatat, terdapat 198 orang terpapar virus. Virus ini juga telah menyebar ke kota lainnya di Cina, seperti di Beijing dan Shanghai, dan Guangdong, dikutip dari Reuters.

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan mengimbau para pelancong yang ingin mengunjungi Korea dan juga Jepang untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap virus corona jenis baru (novel coronavirus, nCov). Kasus penyakit pneumonia berat yang ditimbulkan oleh virus tersebut dilaporkan di kedua negara itu.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono, mengatakan saat ini pemerintah Indonesia secara resmi telah mengeluarkan imbauan perjalanan WNI yang berkunjung ke China, khususnya di Wuhan Provinsi Hubei. Kementerian mengingatkan bahwa di sana terdapat kejadian luar biasa (KLB) nCov.

Meski pemerintah Indonesia secara resmi tidak mengeluarkan imbauan perjalanan untuk negara lain, seperti Jepang dan Korea, namun Anung mengingatkan WNI tetap waspada dengan menjaga tubuh agar tetap sehat.

Imbauan pemerintah bagi WNI yang bepergian ke China untuk menghindari pasar hewan laut maupun unggas, menghindari kontak dengan orang yang menderita demam dan batuk, menjaga kebersihan diri dengan cuci tangan pakai sabun, serta segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan apabila merasa demam dan batuk.

Saat ini, beberapa kasus pneumonia yang mirip dengan yang terjadi di Wuhan, China dilaporkan juga terjadi di Thailand, Singapura, Jepang, dan Korea. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi merilis bahwa kasus pneumonia di Thailand dan Jepang positif terinfeksi nCov berdasarkan hasil laboratorium.

"Tidak ada travel ban, yang ada hanya travel advisory ke China," kata Anung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement