REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA -- Meski musim hujan, namun cuaca terik melanda Wilayah Ciayumajakuning, terutama Kabupaten Indramayu, selama sepuluh hari terakhir. Hujan yang sebelumnya diprakirakan turun, ternyata jarang terjadi.
Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kertajati, Kabupaten Majalengka, Devi Ardiansyah, menjelaskan, kondisi itu terjadi akibat gangguan cuaca berupa tekanan tinggi (1012 hPa). Hal tersebut menyebabkan curah hujan menjadi berkurang dalam beberapa hari terakhir.
‘’Ada gangguan cuaca berupa tekanan tinggi di selatan Jawa,’’ ujar Devi kepada Republika, Senin (20/1).
Menurut Devi, tekanan tinggi di selatan Jawa itu telah mengurangi potensi pertumbuhan awan-awan konvektif atau awan-awan hujan. Namun, kondisi itu diperkirakan tidak akan bertahan lama sehingga kondisi cuaca diprakirakan kembali normal dan pembentukan awan-awan hujan masih akan terjadi.
Devi menjelaskan, tekanan tinggi di selatan Jawa tersebut tidak akan mempengaruhi puncak musim hujan. Menurutnya, puncak musim hujan diprakirakan akan terjadi pada Februari-Maret.
Devi menambahkan, musim hujan di Wilayah Ciayumajakuning diprakirakan akan berlangsung hingga awal April 2020. Selama periode musim hujan tersebut, masyarakat diimbau untuk mewaspadai potensi hujan lebat yang disertai angin kencang dan petir.
Sementara itu, salah seorang warga di Kelurahan Margadadi, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Wahyu, menyebutkan, seingatnya, hujan jarang turun sejak Jumat (10/1) hingga sekarang. Bahkan, cuaca terik dan menyengat terjadi sepanjang hari seperti layaknya musim kemarau.
‘’Pernah beberapa kali hujan di malam hari dan jelang Subuh. Tapi hanya hujan ringan, tak sampai lebat,’’ tandas Wahyu.