Senin 20 Jan 2020 20:58 WIB

Harga Cabai di Pasar Tradisional DIY Terus Meroket

Pembeli merasa resah dengan terus meningkatnya harga cabai di pasar.

Rep: my29/my30/ Red: Fernan Rahadi
Harga Cabai Melonjak
Foto: Antara
Harga Cabai Melonjak

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Harga cabai di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terus meroket. Hal itu terpantau di sejumlah pasar tradisional di wilayah ini. 

“Melambung tingginya harga cabai disebabkan karena dua hal. Semakin menipisnya pasokan cabai dari petani dan mulai banyaknya petani cabai yang mengubah lahannya untuk ditanami padi,” ujar pak Gimin (55), salah seorang pedagang sayuran di Pasar Beringharjo, DIY, kepada Republika, Senin (20/1).

Selain itu, cuaca ekstrem juga menyebabkan banyak tanaman cabai terserang hama jamur. Jamur hitam yang menyerang batang cabai menyebabkan tanaman cabai menjadi layu dan mati. 

“Harga cabai melonjak disebabkan curah hujan yang tinggi dan serangan hama seperti jamur," ujar Musiyem (60 tahun), seorang pedagang sayuran di Pasar Kotagede. Musiyem juga mengungkapkan, harga cabai mulai meningkat sejak satu pekan yang lalu. 

Wiranti (50), pembeli cabai rawit, merasa resah dengan terus meningkatnya harga cabai di pasar. Karena cabai merupakan salah satu bahan pokok yang harus ia beli untuk memenuhi kebutuhan memasak di warungnya.

Dari empat pasar yang ada di Yogyakarta, Pasar Beringharjo, Pasar Pujokusuman, Pasar Kotagede dan Pasar Plarakan (Ngipik), didapatkan harga cabai dalam satu pekan ini semakin meningkat. Dari harga Rp 35 ribu hingga Rp 80 ribu.

Di pasar Beringharjo harga cabai rawit berkisar Rp 65 ribu-70 ribu per kilogram dari harga sebelumnya yaitu Rp 40 ribu per kilogram. Cabai merah keriting berkisar Rp 40 ribu-50 ribu per kilogram. Padahal sebelumnya berkisar Rp 30 ribu per kilogram. Cabai hijau keriting Rp 18 ribu per kilogram dari harga awal Rp 15 ribu, dan  cabai putih sekitar Rp 20 ribu per kilogram.

Pedagang di Pasar Beringharjo, Suprapti (46 tahun), mengungkapkan cabai rawit saat ini mencapai 70 ribu per kilogram setelah sebelumnya dari harga sekitar Rp 55 ribu atau Rp 60 ribu. akan tetapi cabai keriting merah mengalami penurunan, dari harga Rp 40 ribu menjadi Rp 35 ribu. Sedangkan untuk cabai hijau harganya tetap pada harga Rp 20 ribu.

Ia juga mengungkapkan, harga cabai semakin melejit dikarenakan kurangnya pemasokan barang dibandingkan dengan banyaknya pembeli yang berminat. Selain itu juga dikarenakan adanya curah hujan yang tidak menentu, penanaman cabai yang tergolong sulit, serta kecenderungan lahan yang berkurang. 

Di Pasar Pujokusuman, Pasar Kotagede, dan Plarakan (Ngipik), harga cabai rawit mencapai Rp 80 ribu per kilogram dari harga awal pada kisaran Rp 40 ribu per kilogram. Sedangkan harga cabai merah keriting mencapai Rp 60 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp 20 ribu per kilogram.

“Meskipun harga cabai naik, harga bahan pokok dan sayuran lainnya masih stabil,” tutur Novi (31 tahun), pedagang sayuran di Pasar Kotagede.

Sementara itu, Parjinan (72), pedagang sayuran di Pasar Pujokusuman  mengatakan jumlah cabai rawit yang semakin sedikit disebabkan karena banyaknya petani yang berhenti menanam cabai dikarenakan cuaca yang tidak mendukung.

Namun ada juga beberapa jenis cabai yang tetap stabil, seperti cabai putih dan cabai rawit hijau. Kedua jenis cabai ini mengalami kenaikan yang masih wajar untuk komoditi cabai. 

“Budidaya cabai memang sedikit susah, Saya sudah dua kali gagal saat menanam cabai keriting, dan sekarang  hanya tinggal cabai rawit di pekarangan saya,” ungkap Musiem (60), petani dan pedagang cabai asal Kalasan, Bantul di Pasar Kotagede.

Ia juga mengungkapkan sudah empat kali panen dengan hasil 4 kuintal, dan menjualnya dengan harga 65 ribu per kilogram. Curah hujan yang tinggi menyebabkan hasil panennya turun dari biasanya.

Ibu Jumanah (58 tahun) dari Pasar Ngipik Bantul, mengungkapkan harga cabai meningkat dikarenakan dari Jakarta mengambil pemasukan barang di Yogyakarta. "Jika dari Jakarta tidak mengambil pemasukan barang di Yogya, kemungkinan cabai akan mengalami penurunan," katanya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement