REPUBLIKA.CO.ID, ANDAR LAMPUNG -- Setelah sukses melakukan upaya pelestarian Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatraensis) di hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Gubernur Lampung Arinal Djunaidi berharap pola serupa dapat dikembangkan di kawasan hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Menurut dia, pengelolaan pelestarian badak sumatera yang dilakukan Suaka Rhino Sumatera (SRS) di TNWK menjadi inspirasi untuk dikembangkan di hutan TNBBS wilayah Lampung. Tak hanya menjaga kepunahan satwa dilindungi tersebut, SRS dan mitra terkait mampu mengembangbiakkan badak sumatera di kawasan tersebut.
"Kami sepakat akan mendirikan sejenis yang di TNWK, untuk dilakukan di TNBBS untuk kelestarian badak. Lampung ini kaya dengan potensi alamnya, untuk itu kita harus mensyukuri dan harus menjaga kelestariannya," ujar Arinal saat rapat pembangunan SRS di kawasan TNBBS di kantornya, Senin (20/1).
Upaya pelestarian dan pengembangbiakkan badak sumatera di TNBBS menjadi sangat penting untuk menjaga kelestarian badak Asia yang memiliki dua cula tersebut di TNBBS. Menurut Arinal, tidak berbeda jauh dengan pelestarian yang dilakukan SRS di TNWK selama ini.
Pemprov Lampung mengupayakan lahan seluas 200 hektare untuk menjaga badak sumatra hidup bebas dan terjaga dari kepunahan. Penyiapan lahan konservasi badak sumatera tersebut segera dilakukan dan selesai pada tahun ini juga.
Arinal yang juga pernah menjabat kepala Dinas Kehutanan Lampung mengatakan, turut memberi perhatian khusus terhadap keberlangsungan hidup badak sumatera di wilayah hutan Provinsi Lampung. "Di satu sisi badak kita berhasil pada pengembangan di TNWK, tetapi pada keberlangsungan badak di TNBBS juga harus kita pertahankan dan kita lestarikan juga," ujar mantan Sekdaprov Lampung tersebut.
Pembangunan ini, menurut Arinal, untuk memberikan ruang gerak badak sumatera, sehingga populasinya tetap terjaga. "Harapannya nanti sama fungsinya seperti yang dilakukan di TNWK,” katanya.
Untuk kelestarian badak di TNBBS, maka akan dilakukan pemagaran kawasan sekitar 200 hektare. Hal tersebut dilakukan agar badaknya aman, punya ruang gerak, bisa makan dengan baik dan tentunya dapat berkembang biak dengan sempurna.
Menurut catatan Republika, populasi badak sumatera di Indonesia masih tersisa sekira 80 ekor lagi. Untuk itu, perlu upaya perlindungan dan pelestarian satwa yang dilindungi tersebut dari kepunahan.
Direktur Yayasan Badak Indonesia (Yabi) Widodo Ramono menyatakan, kelestarian badak sumatra kian terancam. Keberadaan badak sumatera berjumlah 80 ekor tersebut sudah termasuk habitat badak di hutan TNWK Lampung.
Pada peringatan Hari badak Sedunia di hutan TNWK, 30 Oktober 2019, ia mengatakan, Lampung merupakan benteng terakhir pelestarian badak sumatera. Widodo mengatakan, badak sumatera yang berada di penangkaran milik SRS sebanyak tujuh badak. Jumlah tersebut termasuk dua badak yang sudah dikembangbiakkan.
Di tempat penangkaran SRS I seluas 100 hektare berisi tujuh badak. Seharusnya, lahan itu hanya untuk lima badak saja. Untuk itu, pihaknya melakukan pengembangan dan perluasan lahan penangkaran badak SRS II dengan luas 100 hektare. Dua tempat tersebut SRS I dan SRS II keberadaan dan ruang gerak badak sumatera semakin leluasa. Sehingga diharapkan dapat berkembang biak lebih cepat.
Pada peresmian lahan penangkaran SRS II di TNWK, dilakukan pemindahan badak jantan bernama Harapan dari kandang penangkaran SRS I ke kandang SRS II.