Senin 20 Jan 2020 05:10 WIB

Pengungsi Lebak di Pengungsian Mulai Berkurang

Banjir bandang dan longsor di Kabupaten Lebak terbesar sepanjang 10 tahun terakhir.

Pengungsi Lebak di Pengungsian Mulai Berkurang. Warga mencari barangnya yang hilang terbawa banjir bandang di Kampung Nunggul, Lebak, Banten.
Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Pengungsi Lebak di Pengungsian Mulai Berkurang. Warga mencari barangnya yang hilang terbawa banjir bandang di Kampung Nunggul, Lebak, Banten.

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Warga pengungsi korban bencana banjir bandang dan longsor di Kabupaten Lebak, Banten hingga hari ke-19 mulai berkurang dari 5.000 jiwa kini menjadi 2.105 jiwa. Pengungsi Lebak tersebar di Dodiklatpur, Ciuyah, Gedung PGRI Kecamatan Sajira, dan Gedung GOR Futsal Lebak Gedong.

"Semua warga pengungsi korban banjir bandang dan longsor dalam kondisi baik," kata Bupati Lebak Iti Oktavia Jayabaya, Ahad (19/1).

Baca Juga

Bencana banjir bandang dan longsor di Kabupaten Lebak termasuk bencana terbesar sepanjang 10 tahun terakhir. Korban jiwa akibat bencana tersebut sembilan orang dan dua orang di antaranya belum ditemukan.

Selain itu, banjir bandang dan longsor juga mengakibatkan ribuan rumah warga rusak berat, ringan dan sedang. Sebanyak 19 gedung sekolah rusak, 29 jembatan rusak berat, dan 18 pesantren rusak berat.

Kerugian material akibat banjir bandang dan longsor mencapai puluhan miliaran rupiah. Karena itu, pemerintah daerah memperpanjang masa tanggap darurat yang berakhir 14 Januari 2020 menjadi 28 Januari 2020 dengan alasan masih banyak warga korban bencana banjir dan longsor tinggal di pengungsian.

"Kami mengutamakan warga yang tinggal di pengungsian itu terpenuhi kebutuhan makan sehari-hari juga mendapat pengobatan," katanya.

Menurut dia, bencana banjir dan longsor yang terjadi 1 Januari 2020 itu hingga kini masih terdapat satu desa terisolir, yakni warga yang tinggal di Gunung Julang Desa Lebak Situ.

Untuk memasuki desa tersebut, tidak bisa dilintasi angkutan darat karena jembatan putus dan jalan penuh lumpur serta rawan longsor. Pemkab Lebak menyalurkan logistik ke desa itu melalui jalur udara dan berjalan kaki dengan menempuh jarak sekitar tiga kilometer.

Namun demikian, pendistribusian untuk warga yang tinggal di daerah terisolir terpenuhi melalui Posko Kampung Muhara dan Lebak Sangka. "Kami mendistribusikan logistik ke wilayah itu ke wilayah posko terdekat yakni di Kampung Muhara dan Lebak Sangka," kata Iti.

Siti Khodijah, warga Desa Calungbungur Kecamatan Sajira mengaku anggota keluarganya hingga kini terpaksa tinggal di pengungsian di Posko Gedung PGRI Kecamatan Sajira. Mereka belum bisa kembali ke rumah karena bangunan rumah dan seluruh isi perabotan hanyut diterjang banjir bandang dan longsor.

"Kami bertahan hidup kini di pengungsian sambil menunggu bantuan pembangunan hunian tetap atau huntap yang dibangun pemerintah," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement