Senin 20 Jan 2020 00:03 WIB

BPPT Lanjutkan Operasi Modifikasi Cuaca di Jabodetabek

Operasi modifikasi cuaca untuk mengurangi ancaman banjir di Jabodetabek.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ani Nursalikah
BPPT Lanjutkan Operasi Modifikasi Cuaca di Jabodetabek. Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang dilakukan oleh TNI AU, BPPT, BNPB, dan BMKG di Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
BPPT Lanjutkan Operasi Modifikasi Cuaca di Jabodetabek. Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang dilakukan oleh TNI AU, BPPT, BNPB, dan BMKG di Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (TMC-BPPT) meningkatkan eskalasi operasi di sekitar Jabodetabek. Itu dilakukan untuk mengurangi ancaman banjir di Jabodetabek menyusul prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

“Selain prakiraan yang dirilis BMKG, tim TMC-BPPT juga memprediksi bahkan cuaca ekstrem masih akan terjadi hingga 25 Januari," ujar Kepala Balai Besar TMC-BPPT, Tri Handoko Seto, dalam keterangan persnya, Ahad (19/1).

Baca Juga

Meski harus tetap waspada akan kemungkinan hujan ekstrem tersebut, dia berharap masyarakat tidak panik. Itu karena timnya akan berupaya semaksimal mungkin melaksanakan operasi TMC mengurangi ancaman banjir di Jabodetabek.

Seto menjelaskan, secara teknis tim TMC lebih intensif memonitor pertumbuhan dan pergerakan awan-awan yang diperkirakan akan bergerak menuju wilayah Jabodetabek. Pemantauan tersebut dilakukan sejak dinihari hingga setelah matahari terbenam.

"Awan-awan tersebut jauh-jauh akan segera disemai, biasanya awan-awan tersebut masih berada di Laut Jawa, Selat Sunda dan wilayah Ujung Kulon agar segera turun hujan sebelum memasuki wilayah Jabodetabek,” katanya.

Pada operasi pencegahan banjir, ia menjelaskan, tim TMC dalam sehari harus melaksanakan penerbangan penyemaian awan empat hingga lima kali. Itu berbeda dengan operasi TMC kebakaran hutan dan lahan (karhutla) lalu yang mengoperasikan rata-rata dua kali penerbangan penyemaian awan perhari.

“Tentunya pada situasi yang memungkinkan dengan tetap berpegang pada keamanan yang utama,” ujar Seto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement