Sabtu 18 Jan 2020 16:23 WIB

Diklat Inspiratif Republika Hadir Lagi di Yogyakarta

Diklat Inspiratif ini adalah yang keempat digelar oleh Republika

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Republika kembali menggelar Diklat Inspiratif: Teknik Berbicara Singkat tapi Memikat di Yogyakarta. Ini jadi gelaran keempat setelah dua kali sukses diadakan di Yogyakarta dan satu kali di Jakarta.
Foto: Wahyu Suryana
Republika kembali menggelar Diklat Inspiratif: Teknik Berbicara Singkat tapi Memikat di Yogyakarta. Ini jadi gelaran keempat setelah dua kali sukses diadakan di Yogyakarta dan satu kali di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Republika kembali menggelar Diklat Inspiratif: Teknik Berbicara Singkat tapi Memikat di Yogyakarta. Ini jadi gelaran keempat setelah dua kali sukses diadakan di Yogyakarta dan satu kali di Jakarta.

Diklat Inspiratif menghadirkan Inspirator Metamorphosis, HD Iriyanto dan Direktur Kehumasan dan Urusan Internasional Universitas Amikom Yogyakarta, Erik Hadi Saputra. Pesertanya datang dari berbagai daerah di Indonesia.

Mulai dari Palembang, Jakarta, Tangerang, Jember, Purbalingga, Yogyakarta dan lain-lain. Dalam materinya, Iriyanto menekankan, tujuan utama seni berbicara tidak lain membuat mereka yang kita ajak berbicara merasa memiliki arti.

"Seni berbicara itu kuncinya agar orang yang kita ajak berbicara merasa berarti," kata Iriyanto di Horison Urip Sumoharjo-Yogyakarta Hotel, Sabtu (18/1).

Iriyanto turut membagikan tips-tips berbicara di depan publik yang dirangkum menjadi SEPIA. SEPIA sendiri ternyata merupakan singkatan dari solutif, efektif, persuasif, interaktif dan atraktif.

Solutif ditekankan agar saat kitamemberikan materi bisa menghadirkan solusi bagi siapa saja yang mendengarkan. Jika begitu, apa yang kita sampaikan akan lebih diterima karena memberi pencerahan kepada orang lain.

Efektif penting diperhaitkan agar penyampaian kita tidak bertele-tele atau berputar-putar. Hal ini penting disadari pembicara agar tidak membuat mereka yang mendengarkan bosan ketika menerima pesan yang disampaikan.

Kemudian, persuasif, membuat apa yang kita sampaikan mampu mempengaruhi orang lain, bukan malah memaksa. Terakhir, interaktif, yang penting dilakukan sebab interaksi pembicara dan pendengar jadi kompen kuat pesan tersampaikan.

"Jadi, cara-cara yang atraktif memang harus dipikirkan agar pesan-pesan yang disampaikan tidak membosankan," ujar Iriyanto.

Sedangkan, Erik Hadi Saputra menekankan, menjadi pembicara atau pemateri membutuhkan trik-trik tertentu. Tujuannya, tidak lain agar menguasai panggung yang salah satunya bisa dilakukan dengan menembus alam bawah sadar.

"Antara alam sadar dan alam bawah sadar ada critica factor, ini yang kita perlu tembus jika ingin menembus alam bawah sadar orang lain," kata Erik.

Ia mengungkapkan, terdapat lima ranah yang bisa dimanfaakan. Mulai repetisi atau pengulangan, identifikasi kelompok, informasi yang disampaikan, figur terpandang dan terakhir relaksasi metal.

"Tapi, semua itu membutuhkan kepercayaan diri dan daam menerapkan semua sangat perlu memperhatikan faktor-faktor yang situasional," ujar Erik.

Salah satu peserta, Tri Atmoko berpendapat, menguasai seni berbicara di depan publik merupakan modal yang sangat penting. Sebab, penting bagi kita dapat menyampaikan pesan yang kita ingin sampaikan.

"Kemudian, penting untuk bisa membuat orang-orang yang kita ajak bicara mampu menerima pesan kita dengan baik," kata Atmoko.

Selain Diklat Inspiratif, Republika memiliki pula agenda-agenda yang rutin digelar tiap akhir pekan. Mulai dari Kursus 30 Menit Membaca Alquran, Pelatihan Akuntansi Masjid, dan Fun Science.

Ada pula Festival Republik yang ditutup Dzikir Nasional untuk mengisi pergantian tahun masehi. Gelaran itu sendiri diselenggarakan di tiga kota mulai dari Jakarta, Bandung sampai Yogyakarta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement