REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengungkap Pemerintah Jawa Timur ingin mengambil peran dalam potensi keuangan syariah dunia. Menurut Khofifah, keinginan itu searah dengan fokus pemerintah pusat untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat keuangan syariah dunia.
Itu disampaikan Khofifah usai audiensi Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan Wakil Presiden Ma'ruf Amin, Jumat (17/1).
"Jadi kita berharap Indonesia akan menjadi gravitasi keuangan syariah dunia, dan Indonesianya kita ingin ditempatkan di Jawa Timur," ujar Khofifah di Kantor Wakil Presiden, Jakarta.
Karena itu, Khofifah juga meminta dukungan Wapres Ma'ruf untuk pengembangan salah satu proyek strategis Indonesia Islamic Science Park di wilayah Bangkalan, Madura. Khofifah mengungkap, butuh 101 hektare untuk membangun proyek yang 50 persen wilayahnya lebih diperuntukan rekreatif tersebut.
Selain itu, Pemrov Jatim juga ingin menyiapkan ruang pertemuan berskala besar diikuti hotel kelas bintang tujuh. Hal itu untuk menyediakan agenda atau konferensi besar organisasi Islam di dunia.
Mantan Menteri Sosial itu mengungkap keinginan menampilkan Indonesia sebagai penganut Islam moderat dan jalan tengah wasatiyah.
"Kan banyak sekali konferensi-konferensi organisasi Islam di dunia, yang kita ingin dilaksanakan di Indonesia, dan itu kita siapkan tempatnya di Jawa Timur kemudian menyiapkan hotelnya kalau memang didesain bintang tujuh," kata Khofifah.
Selain itu, Pemprov Jatim juga menyiapkan pendidikan untuk perbankan syariah di beberapa sentra di Jawa Timur untuk mendukung hal tersebut. Karena itu, ia mengharapkan dukungan dari pesantren-pesantren, maupun madrasah aliyah.
Di kalangan pesantren, Khofifah berharap dukungan ekosistem one pesantren, one product yang ada di pesantren. Ia berharap ekosistem itu terus berjalan sejak dari santripeneur, hingga menjadi alumni santri
"Kita sudah punya training senter dan seterusnya kita ingin menjadikan bagian dari sentra penguatan kemandirian para santri pada saat mereka keluar dari pesantren. Untuk itu ini akan beriringan dengan SMA dan (madrasah) aliyah double track," kata Khofifah.
Menurut Khofidah, itu didasarkan pada data Pemprov Jatim bahwa 67 persen siswa SMA dan aliyah Jawa Timur tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Oleh karena itu para siswa harus mendapatkan soft skil.
"Soft skil-lah yang kita masukkan dalam SMA dan Aliyah double track. Ini akan berseiring dengan program one pesantren one product. Ini yang juga kami komunikasikan dengan Menteri Keuangan dan Menko Perokonomian agar kita bisa mendapatkan program kartu indonesia kerja," ujarnya.