Jumat 17 Jan 2020 06:23 WIB

Cegah DBD, Dinkes Surabaya Gencarkan Sosialisasi

Jika ada anggota keluarga mengalami gejala DBD, segera bawa ke Puskesmas terdekat.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Friska Yolanda
Untuk mengantisipasi datangnya demam berdarah dengue (DBD) di musim penghujan, Pemkot Surabaya menyiapkan berbagai upaya, mulai dari penerbitan surat edaran wali kota tentang kewaspadaan DBD, hingga sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat.
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Untuk mengantisipasi datangnya demam berdarah dengue (DBD) di musim penghujan, Pemkot Surabaya menyiapkan berbagai upaya, mulai dari penerbitan surat edaran wali kota tentang kewaspadaan DBD, hingga sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Febria Rachmanita mengatakan, untuk mengantisipasi datangnya DBD di musim penghujan, pihaknya menyiapkan berbagai upaya, mulai dari penerbitan surat edaran wali kota tentang kewaspadaan DBD, hingga sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat. Sosialisasi yang digelar juga melibatkan juru pemantau jentik (Jumantik).

“Kami melakukan pendampingan dan monitoring Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik oleh 22.995 orang kader Jumantik di bawah koordinasi Puskesmas, camat, dan lurah,” kata Febria di Surabaya, Kamis (16/1)

Febria menjelaskan, Jumantik merupakan mitra Puskesmas dalam mencegah dan menurunkan angka DBD. Selain itu, kader ini juga bertugas untuk memantau kondisi lingkungan sekitar, dari penyebaran penyakit melalui kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang dilakukan rutin setiap Jumat.

“PSN itu terdiri dari pemantauan tempat perkembangbiakan, cara pemberantasan, mengetahui siklus nyamuk, memahami Angka Bebas Jentik (ABJ) dan mengetahui penggunaan larvasida (bubuk pembunuh jentik),” ujar Febria.

Masih dalam upaya mencegah DBD, lanjut Febria, Diknes Surabaya bersama kader lingkungan juga menerapkan sistem “3M Plus”. Yakni, menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air, dan mendaur ulang.

Sedangkan Plus-nya, kata dia, memuat 11 poin. Yaitu mengganti air vas bunga, memperbaiki saluran dan talang yang tidak lancar, menutup lubang-lubang pada potongan pohon, menaburkan bubuk pembunuh jentik, dan memelihara ikan pemakan jentik di kolam.

“Lalu memasang kawat kasa di jendela, mengatur barang secara rapi dalam ruangan, memakai obat yang mencegah gigitan nyamuk, penanaman bunga pengusir nyamuk, dan membersihkan lingkungan,” kata Febria.

Febria berpesan, jika ada anggota keluarga atau masyarakat di lingkungan sekitar mengalami gejala DBD, agar langsung membawanya ke Puskesmas terdekat. Dia pun menjelaskan, gejala DBD itu biasanya terjadi demam tinggi, ruam atau bintik merah pada kulit, nyeri pada otot sendi, pusing, mual, muntah, nafsu makan menurun, hingga nyeri ulu hati.

Berbagai upaya yang dilakukan Pemkot Surabaya ini untuk memastikan agar masyarakat dapat terhindar dari gigitan nyamuk berjenis Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Apalagi, catatan di 2019 jumlah warga yang terserang DBD menurun dibanding tahun sebelumnya. Yaitu dari 321 kasus, menjadi 277 kasus.

“Harapannya meningkatkan kesadaran dan peran aktif masyarakat dalam melakukan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit DBD,” ujar Febria.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement