Kamis 16 Jan 2020 23:43 WIB

Sentra Perikanan Karangsong Dikembangkan

Saat ini, sentra perikanan terbesar di Kabupaten Indramayu itu kondisinya memprihatin

Rep: Lilis Sei Handayani/ Red: Agung Sasongko
Sentra Perikanan ilustrasi (Republika/Prayogi)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Sentra Perikanan ilustrasi (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Pengembangan terhadap kawasan sentra perikanan di Desa Karangsong, Kecamatan Indramayu maupun wilayah di sekitarnya akan dilakukan. Saat ini, sentra perikanan terbesar di Kabupaten Indramayu itu kondisinya memprihatinkan.

‘’Cetak biru (master plan) mengenai pengembangan kawasan Karangsong itu telah dibuat,’’ ujar Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, AR Hakim, Kamis (16/1).

Dalam cetak biru itu, di kawasan tersebut nantinya akan dilengkapi dengan berbagai sarana, di antaranya unit pengolahan ikan (UPI), kolam labuh, docking dan galangan kapal. Selain itu, juga dilengkapi dengan tempat pelelangan ikan (TPI) higienis beserta kelengkapan instalasi pengolahan air limbah (IPAL)-nya, dan kampung nelayan modern (KNM).

Selain itu, cold storage juga diupayakan akan ditambah kapasitasnya menjadi 1.000 ton. Sedangkan dua cold storage yang ada saat ini, masing-masing hanya berkapasitas 100 ton dan 60 ton.

Pengembangan Karangsong rencananya juga akan dilengkapi dengan wisata nelayan dan pusat kuliner serta oleh-oleh khas Indramayu. Hal itu semakin melengkapi kawasan wisata mangrove center dan wisata pantai yang saat ini sudah ada.

Hakim menyebutkan, dari cetak biru tersebut, yang saat ini sudah terealisasi di antaranya berupa docking kapal dari Kementerian Perindustrian maupun perbaikan kampung nelayan. Selain itu, adapula penambahan kolam labuh sekitar dua hektare, baik berupa tanah maupun fisik bangunannya.

Hakim mengatakan, kolam labuh itu berfungsi sebagai tempat bersandarnya kapal-kapal setelah bongkar muatan. Idealnya, dibutuhkan lahan seluas 17,5 hektare untuk kolam labuh tersebut. Namun saat ini, yang tersedia baru lima hektare.

‘’Dengan keterbatasan kolam labuh yang ada saat ini, kapal-kapal jadi bersandar di pinggir-pinggir muara,’’ terang Hakim.

Hakim menjelaskan, saat ini, sarana yang ada di TPI Karangsong masih memprihatinkan. Salah satunya keterbatasan cold storage yang hanya bisa menampung 160 ton hasil tangkapan ikan nelayan.

Padahal, lanjut Hakim, dari satu kapal besar di Karangsong, rata-rata bisa membawa pulang hasil tangkapan ikan di kisaran 200 ton. Sedangkan di Karangsong, jumlah kapal besarnya mencapai ratusan unit.

Kondisi tersebut, kata Hakim, akhirnya membuat banyak kapal asal Karangsong yang memilih bongkar muatan di luar Indramayu, seperti di Muara Angke Jakarta maupun lainnya. Pasalnya, antrian bongkar muatan di TPI Karangsong bisa memakan waktu hingga tiga minggu.

‘’Saat mengantri itu, kapal harus tetap nyala mesinnya agar ikan tidak busuk. Hal ini membuat mereka jadi rugi,’’ kata Hakim.

Hakim mengakui, pengembangan kawasan Karangsong tersebut membutuhkan anggaran hingga ratusan miliar. Dibutuhkan pula peran serta pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah daerah, sesuai kewenangannya masing-masing.

‘’Kendala dalam pengembangan Karangsong ini memang biayanya yang besar,’’ tutur Hakim.

Terpisah, Plt Bupati Indramayu, Taufik Hidayat, mengatakan, pengembangan kawasan Karangsong  diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indramayu. Menurutnya, pembangunan tersebut nantinya akan dipadukan dengan pembangunan kawasan pariwisata di Karangsong.

‘’Kondisi Karangsong saat ini memang sangat tidak layak. Kita akan terus perjuangkan agar pengembangan Karangsong bisa cepat terwujud,’’ tegas Taufik.

Sementara itu, salah seorang juragan kapal, Suwarto, mengungkapkan, Karangsong sudah sepentasnya menjadi pelabuhan nusantara. Pasalnya, jumlah kapal besar di Indramayu dari tahun ke tahun semakin bertambah. Sementara kondisi TPI Karangsong sangat sempit.

‘’Akibatnya banyak kapal yang memilih bongkar di luar Indramayu,’’ tandas Suwarto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement