REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor mulai melakukan penjajakan dengan sejumlah pihak untuk manfaatkan sampah yang ada di Kota Bogor. Pasalnya, Tempat Pembuangan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Lulut-Nambo di Kabupaten Bogor yang digadang-gadang dapat mengubah sampah menjadi refused derived fuel (RDF) atau pengganti baru bara belum memiliki kepastian.
Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim menuturkan pihaknya tengah menjajaki kerjasama dengan Perhimpunan Forum Tenaga Ahli Lingkungan Indonesia (P-Tali) Jawa Barat untuk pemanfaatan sampah plastik. Dia mengatakan, akan melihat peluang yang lebih pasti.
"Intinya mengajak kerjasama. Melihat pemanfaatan sampah plastik sebagai potensi ekonomi yang bisa dikerjasamakan dengan rekan-rekan P-Tali untuk nanti menghasilkan nilai ekonomi yang dimanfaatkan," kata Dedie di Balai Kota Bogor, Kamis (16/1).
Dedie menyatakan, proyek TPPAS Lulut-Nambo belum bisa dipastikan selsai sesuai yang ditargetkan pada Juni 2020. Karena itu, penjajakan dengan perusahaan maupun organisasi non-profit terus dilakukan.
Tercatat, sambung Dedie, setidaknya terdapat 100 perusahaan atau organisasi non-profit yang telah menawarkan kerjasama dengan Pemkot Bogor, salah satunya P-Tali. Dia mengatakan akan segera membangun zona pemrosesan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Galuga, Cibungbulang, Kabupaten Bogor.
Di TPA Galuga, Pemkot Bogor masih miliki tanah yang cukup luas. Meskipun berada di wilayah Kabupaten Bogor, Pemkot Bogor masih memiliki lahan seluas 37 hektar di tempat tersebut.
"Mangkanya Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bogor sedang akan membangun zona pemrosesan atau pengelola sampah di Galuga. Itu kurang lebih 3 hektar itu akan dikerjasama dengan pihak ketiga," katanya.
Disinggung terkait rencana kerjasama Pemkot Bogor dengan perusahaan pengolahan sampah dari Inggris, Plastic Energy Limited yang meminta 100 ton sampah plastik per hari, Dedie menuturkan akan membahas ulang. Pasalnya, sampah plastik di Kota Bogor tak memiliki begitu banyak sampah plastik.
"Kelihatannya, kita belum bisa memberi pemenuhan sampah plastik sejumlah 100 ton per hari ini. Jadi lebih baik kita inicoba bekerjasama dengan P-Tali," kata dia.
Dedie memaparkan, rencana kerjasama dengan P-Tali akan berkonsentrasi pada pengelolaan sampah plastik. Dia menjelaskan, kerjasama itu akan membidik sekolah-sekolah di Kota Bogor.
"P-Tali berharap kepada kita untuk bisa bersosialisasi lebih masif ke sekolah-sekolah untuk nanti siswa bisa mulai memilah sampah plastik," jelasnya.
Nantinya, Dedie menerangkan, sampah plastik yang dihimpun dari sekolah akan diproses oleh P-Tali. Sampah itu akan didaur ulang menjadi barang yang memiliki ekonomi.
"Meneglola sampah plastik menjadi biji plastik, untuk menjadikan produk. Alatnya dari P-Tali berdasarkan pengalaman mengelola sampah plastik," jelasnya.