Jumat 17 Jan 2020 02:00 WIB

Pemkab Bogor Fokus Penanganan Pascabencana

Penanganan pascabencana melibatkan ahli geologi dan berbagai displin ilmu.

Suasana perkampungan rawan bencana tanah longsor di Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (13/1/2020).
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Suasana perkampungan rawan bencana tanah longsor di Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (13/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor menyatakan tengah fokus melakukan penanganan pascabencana di sejumlah wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, setelah dua pekan terjadinya bencana pada Rabu (1/1).

"Pemkab masih fokus ke penanganan pascabencana. Belum ada kesimpulan ke arah penyebab bencana. Karena itu harus melalui kajian dan penelitian para ahli. Seperti ahli geologi dan berbagai disiplin ilmu," kata Wakil Bupati Bogor, Iwan Setiawan di Cibinong, Kabupaten Bogor, Kamis (16/1).

Hal itu ia tekankan setelah beredarnya informasi mengenai penyebab bencana di Kabupaten Bogor, khususnya di wilayah barat. Iwan meminta masyarakat menunggu pernyataan resmi dari para ahli yang tengah melakukan penelitian.

"Ada pemberitaan yang menyebut bahwa wakil bupati bilang penyebab bencana karena penambangan emas, itu hoaks. Saya nggak pernah memberi keterangan soal itu, karena memang butuh kajian dulu," kata politisi Partai Gerindra itu.

Sementara itu, Kepala Sub Bidang Mitigasi Gerakan Tanah Wilayah Barat pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Sumaryono mengatakan, longsoran yang di wilayah Barat Kabupaten Bogor sebagian besar terjadi di lokasi yang memang rawan longsor, kemudian diperparah dengan curah hujan yang tinggi.

"Kecamatan Sukajaya ini memang secara geologi daerahnya rawan longsor. Diperparah kondisi curah hujan yang sangat ekstrim," kata Sumaryono.

Hasil rapat dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), curah hujan di wilayah Sukajaya dan sekitarnya saat pergantian tahun mencapai 301,6 milimeter. Padahal, jika dalam kondisi normal, curah hujan tersebut merupakan curah hujan dalam waktu satu bulan.

"Saat bencana itu curah hujan di Sukajaya 301,6 milimeter dalam satu hari. Padahal itu curah hujan dalam satu bulan. Artinya curah hujan satu bulan diturunkan dalam satu hari itu," bebernya.

Selain itu, pihaknya melakukan pendataan dan penelitian lintas instansi untuk memetakan dan menyimpulkan penyebab bencana. Tim yang dikerahkan terdiri dari Badan Geologi, Badan Informasi Geospasial (BIG), Lapan dan instansi terkait lainnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement