REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Kota Surabaya mempunyai strategi dalam mengatasi banjir agar cepat surut dalam dua jam, seperti yang terjadi saat hujan deras mengguyur sejumlah wilayah, Rabu sore (15/1). Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP) Kota Surabaya Erna Purnawati mengatakan ada berbagai upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi banjir, salah satunya memastikan 204 pompa yang berada di 59 titik rumah pompa dalam kondisi baik.
"Kalau terkait sarana prasarana di Surabaya, insya Allah semua kondisinya siap. Apalagi sama ibu wali kota, pompanya juga sudah diganti yang besar (kapasitasnya) sehingga air cepat surut," kata Erna saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Kamis (16/1).
Selain itu, rumah pompa tersebut juga di-backup dengan genset. Hal ini untuk mengantisipasi ketika terjadi listrik padam, rumah pompa itu masih dapat bekerja. Setidaknya, ada 111 genset yang telah disiapkan pemkot untuk mendukung kinerja di rumah-rumah pompa tersebut.
"Sebagus apa pun pompa kita, kalau listriknya mati misal dalam 10 menit saja, maka air pasti sudah langsung naik (meluap). Nah, itu sudah diantisipasi juga oleh ibu wali kota dengan pengadaan genset," ujarnya.
Namun begitu, Erna menyebut walaupun kondisi rumah pompa sudah maksimal, terkadang ada beberapa penyebab, seperti dedaunan yang membuat saluran tersumbat sehingga air tidak bisa masuk ke dalam saluran kemudian meluap ke jalan. "Kadang ketika hujan disertai angin, ada dedaunan atau apa-apa itu menutup saluran sehingga air tidak bisa masuk ke box culvert," katanya.
Salah satunya banjir yang terjadi di kawasan Ruko Darmo Park II Mayjend Sungkono Surabaya pada Rabu (15/1). Selain saluran yang kondisinya kecil, beberapa dedaunan juga terlihat menyumbat sehingga mengakibatkan air meluap ke jalan. Namun karena sigapnya jajaran di Pemkot Surabaya, genangan air dalam waktu sekitar dua jam langsung surut.
Menurut Erna, saluran di kawasan Ruko Darmo Park II, Mayjend Sungkono Surabaya tidak mampu menampung derasnya air hujan karena salurannya terbilang kecil. Sebenarnya sejak 2017, ia sudah berencana memasang box culvert di kawasan itu, namun terkendala dengan perizinan dari pihak pengembang.
"Mulai 2017 itu waktu saya bangun pedestrian, saya minta izin ke pihak pengembang untuk bongkar pagarnya agar box culvert besar bisa masuk, supaya dia tidak tergenang. Tapi mereka tidak mau. Padahal nanti kalau pekerjaan selesai, saya rekondisi (perbaiki pagarnya)," kata Erna.
Apalagi, kata dia, di kawasan tersebut kondisi tanahnya juga lebih rendah karena itu dibutuhkan box culvert di kedua sisi jalan dengan ukuran besar agar mampu menampung debit air ketika hujan deras turun. Erna memastikan akan berkomunikasi kembali dengan pihak pengembang, supaya kawasan Ruko Darmo Park II Mayjend Sungkono bisa dipasang box culvert.