Kamis 16 Jan 2020 07:06 WIB

Early Warning Bencana Dapat Dipelajari dari Tanda-Tanda Alam

BNPB menyebut peringatan dini bencana bisa dipelajari dari tanda-tanda alam.

Suasana perkampungan rawan bencana tanah longsor di Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (13/1/2020). BNPB menyebut peringatan dini bencana bisa dipelajari dari tanda-tanda alam.
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Suasana perkampungan rawan bencana tanah longsor di Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (13/1/2020). BNPB menyebut peringatan dini bencana bisa dipelajari dari tanda-tanda alam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan, peringatan dini (early warning) bencana sebetulnya bisa dipelajari dengan melihat tanda-tanda alam. Dengan begitu, masyarakat bisa lebih meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan.

"Kami berharap seluruh universitas di Indonesia dapat membantu untuk meningkatkan kewaspadaan di masyarakat dengan melihat tanda-tanda alam," kata Kepala Pusdalop BNPB Bambang Surya Putra di Jakarta, Rabu.

Baca Juga

Contohnya, menurut Bambang, berbagai riset atau pembelajaran di universitas dapat menunjukkan tanda-tanda sungai akan banjir bandang. Tanda-tanda alam lainnya yang terjadi ketika daerah perbukitan akan longsor juga bisa ditunjukkan.

Bambang menjelaskan, hal tersebut dibutuhkan masyarakat sebagai salah satu bentuk peringatan dini dalam menghadapi bencana di daerahnya masing-masing. Apalagi, secara umum Indonesia berada pada cincin api.

Di samping itu, Indonesia yang terletak di khatulistiwa juga terpengaruh dengan perpindahan iklim antara Australia dan Asia. Hal itu menyebabkan Indonesia memiliki risiko yang beragam terkait kebencanaan.

"Dengan posisi seperti itu serta melihat statistik histori kebencanaan Tanah Air yang dari tahun ke tahun semakin meningkat, tentunya hal ini diharapkan dapat menyadarkan semua pihak pentingnya peringatan dini bencana," ujar Bambang.

Terkait upaya meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana, Bambang mengatakan, hal itu perlu disiapkan maksimal di setiap institusi pemerintah daerah maupun masyarakat itu sendiri. Sebab, perlu disadari dan diketahui pula bahwa Indonesia yang begitu luas walaupun memiliki peringatan dini bencana, tetap saja sistem tersebut tidak serta merta dapat menjangkau hingga lapisan terbawah dari masyarakat di daerah.

Untuk sistem peringatan dini multibencana di Indonesia baru sebatas konsumsi di tingkat BPBD. Sebab, belum mencapai standar yang cukup. Kemudian semua itu menggunakan data model dan bersifat prediksi.

"Namun, kami tetap memiliki prakirawan untuk melakukan justifikasi visual dari data model yang ada. Jadi ada daring dan ada intervensi luar jaringan yang dilakukan orang per orang," ujar dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement