Kamis 16 Jan 2020 00:54 WIB

Warga Banten Diimbau Tetap Waspada Curah Hujan Tinggi

Periode curah hujan tinggi ini diperkirakan terjadi di Januari sampai Februari.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Friska Yolanda
Kondisi rumah yang rusak di Kampung Muara, Desa Banjarsari, Kecamatan Lebak Gedong, Banten, Senin (13/1).
Foto: Thoudy Badai_Republika
Kondisi rumah yang rusak di Kampung Muara, Desa Banjarsari, Kecamatan Lebak Gedong, Banten, Senin (13/1).

REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Puncak curah hujan di berbagai daerah di Provinsi Banten diprediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah terlewati, yakni terjadi pada awal tahun 2020 lalu. Meski begitu, warga Banten di delapan kabupaten/kota diharap tetap waspada akan potensi kemungkinan curah hujan tinggi yang bisa menyebabkan bencana.

Hal ini dijelasakan Kepala Balai Besar BMKG wilayah II, Hendro Nugroho, Rabu (15/1). Ia yang meminta masyarakat Banten untuk terus memantau informasi dari pihaknya.

Baca Juga

"Prakiraan kita puncak hujannya sudah terjadi pada awal tahun kemarin, hanya memang periode curah hujan tinggi ini kita perkirakan terjadi di Januari sampai Februari. Sementara apakah benar puncaknya itu di awal tahun kemarin, itu baru terlihat setelah Februari. Jadi masyarakat harus tetap waspada dan lebih aware tentang info dari BMKG," jelas Hendro Nugroho, Rabu.

Jikapun nantinya hujan memang tidak lagi seperti yang terjadi pada Rabu (1/1) lalu, ia menyebut kondisi tanah saat ini sudah rentan menyebabkan bencana. Tanah yang basah karena curah hujan tinggi ini, kata Hendro berisiko menyebabkan longsor bahkan banjir. 

"Meskipun prakiraannnya tidak sebesar seperti kemarin, kondisi tanah sekarang sudah jenuh dengan air. Jadi hujan sedang saja bisa berpotensi menyebabkan bencana," tuturnya.

Bencana banjir yang disebabkan curah hujan tinggi di Banten, Jawa Barat hingga DKI Jakarta beberapa waktu lalu diklaimnya sudah diimbau oleh BMKG sebelumnya. Pihaknya sudah memberikan infromasi prakiraan curah hujan tinggi bahkan beberapa minggu sebelum bencana terjadi.

"Sebelum terjadi bencana banjir di awal tahun itu kita sudah memberikan informasi ke tiap BPBD di daerah terkait curah hujan tinggi ini. Karena itu saya harap kewaspadaan dan keaktifan masyarakat ini harus jadi budaya. Informasi kita bisa didapat mudah lewat aplikasi sampai sosial media BMKG," tuturnya.

Sementara Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banten, Giman menyebut pihaknya terus berkoordinasi dengan BPBD di setiap daerah dalam kaitan mitigasi bencana. Pemprov Banten hingga kini masih membantu kegiatan rehabilitasi dan rekondisi beberapa daerah di daerah terdampak banjir.

"Memang prediksi curah hujan tinggi ini sampai Februari, jadi kita koordinasi dengan daerah untuk kewaspadaan terhadap bencana. Kita juga sinergi dengan kepolisian, TNI atau instansi terkait lain," jelas Giman.

Kabupaten Lebak disebutnya bahkan hingga kini masih menetapkan status tanggap darurat bencana hingga 28 Januari. Karenanya, penanganan bencana memang masih menjadi fokus di Banten. 

Selain dari bencana banjir dan longsor, cuaca buruk juga berdampak pada kegiatan nelayan di Desa Terate, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang. Gelombang yang cukup tinggi disertai angin terkadang membuat nelayan harus menghentikan aktivitasnya di laut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement