Selasa 14 Jan 2020 12:27 WIB

Harga Cabai Masih Tinggi di Purwokerto

Harga cabai alami kenaikan karena berkurangnya pasokan dari petani.

Harga beberapa jenis cabai di Pasar Manis, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, bertahan tinggi (Ilustrasi Cabai)
Harga beberapa jenis cabai di Pasar Manis, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, bertahan tinggi (Ilustrasi Cabai)

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Harga beberapa jenis cabai di Pasar Manis, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, bertahan tinggi. Harga cabai melonjak setelah mengalami kenaikan akibat berkurangnya pasokan dari petani. Dari pantauan di Pasar Manis, Selasa (14/10), harga cabai rawit merah dalam satu pekan terakhir masih bertahan pada kisaran Rp 70.000 per kilogram setelah mengalami kenaikan dari Rp 65.000 per kilogram.

Sementara harga cabai merah besar naik menjadi Rp 65.000 per kilogram setelah bertahan pada kisaran Rp 55.000 per kilogram dalam satu pekan sebelumnya. Kemudian, harga cabai merah keriting dalam satu pekan terakhir bertahan pada kisaran Rp 60.000 per kilogram setelah naik dari Rp 55.000 per kilogram.

Baca Juga

"Kalau harga cabai rawit hijau masih berfluktuatif karena awal pekan lalu sempat mencapai kisaran Rp 42.000-Rp 43.000 per kilogram, kemudian turun menjadi Rp 32.000-Rp 33.000 per kilogram, sekarang naik lagi menjadi Rp 37.000-Rp 38.000 per kilogram," kata salah seorang pedagang sayuran dan bumbu dapur, Yuni.

Dia mengaku terpaksa menyesuaikan kenaikan harga yang terjadi di tingkat pengepul atau pedagang besar yang dipicu oleh berkurangnya pasokan dari petani. Ia mengharapkan harga cabai tidak kian melonjak karena akan menyulitkan pedagang maupun konsumen.

"Kalau harganya makin tinggi, daya beli masyarakat pun akan berkurang dan kami selaku pedagang juga akan kesulitan menjualnya. Kami pun terpaksa mengurangi stok karena khawatir tidak laku terjual hingga akhirnya membusuk," katanya.

Pedagang lainnya, Hamidah mengharapkan harga cabai tidak berfluktuasi karena pedagang akan merugi. Pedagang terpaksa menurunkan harga ke konsumen dan merugi.

"Bayangkan saja kalau sekarang kulakan dengan harga tinggi, kemudian selang satu-dua hari terjadi penurunan harga, kami terpaksa harus merugi dengan ikut menurunkan harga jual ke konsumen meskipun saat kulakan harganya masih tinggi," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement