Selasa 14 Jan 2020 02:21 WIB

BPBD Cianjur Mencatat 10 Kejadian Bencana Selama Januari

Sebagian besar berupa pergerakan tanah yang terjadi di sejumlah wilayah Cianjur.

Warga menunjukan pergerakan tanah dan bangunan rusak di Desa Kadupandak, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis, Kamis (7/11). Pegerakan tanah yang terjadi menyebabkan sejumlah rumah warga mengalami kerusakan.
Foto: Republika/Bayu Adji P
Warga menunjukan pergerakan tanah dan bangunan rusak di Desa Kadupandak, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis, Kamis (7/11). Pegerakan tanah yang terjadi menyebabkan sejumlah rumah warga mengalami kerusakan.

REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur, Jawa Barat, mencatat 10 kejadian bencana alam sepanjang Januari. Sebagian besar berupa pergerakan tanah yang terjadi di sejumlah wilayah.

"Tiga bencana longsor dan satu kejadian puting beliung di Kecamatan Cibeber. Sedangkan sisanya merupakan pergerakan tanah seperti di Kecamatan Sukaresmi dan Kadupandak," kata Sekretaris BPBD Cianjur, Irfan Sofyan di Cianjur Senin (13/1).

Ia menjelaskan, pergerakan tanah yang terjadi di beberapa desa di Kecamatan Kadupandak, tidak membuat semua warga mengungsi. Tercatat hanya satu keluarga mengungsi karena rumah yang mereka tempati rusak akibat pergerakan tanah.

Sedangkan pergerakan tanah di Kecamatan Sukaresmi, tepatnya di Kampung Cibadak, Desa Sukamahi, membuat seluruh warga diungsikan karena pergerakan tanah terus meluas hingga merusak puluhan rumah warga.

"Meskipun ada yang bertahan, hanya kaum pria dan pemuda. Sedangkan orang tua lanjut usia, wanita dan anak-anak sudah diungsikan ke tempat yang aman dari pergerakan tanah," katanya.

Hingga saat ini, pihaknya masih memantau pergerakan tanah di wilayah tersebut karena hujan yang turun deras dengan intensitas tinggi hampir setiap hari melanda kawasan Cianjur.

Pergerakan tanah pun tambah dia, terjadi di Kampung Bojongkasih, Desa Sindangsari, Kecamatan Kadupandak, sehingga menyebabkan jalan sepanjang 100 meter amblas dan tidak dapat dilalui kendaraan roda empat.

"Sepeda motor masih dapat melintas, namun harus hati-hati dan waspada karena pergerakan tanah membuat jalan amblas. Aktifitas warga di wilayah tersebut terganggu, sehingga arus kendaraan diarahkan ke jalur lain," katanya.

Pihaknya ungkap dia bersama Relawan Tangguh Bencana (RETANA) terus memantau setiap titik rawan bencana untuk meminimalisir dampak bencana, terutama timbulnya korban jiwa.

Bahkan pihaknya mengimbau warga untuk mengaktifkan kembali ronda malam guna mengawasi pergerakan tanah agar tidak menimpa warga yang bertahan di rumahnya dan menjaga keamanan lingkungan masing-masing.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement