Senin 13 Jan 2020 17:01 WIB

Overload, TPA Piyungan Terima Sampah 500 Ton Lebih per Hari

Ada keterlambatan untuk bisa diangkut ke Piyungan, utamanya sampah plastik.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Sejumlah sapi digembalakan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, Bantul, DI Yogyakarta, Senin (5/9).
Foto: Antara/Hendra Nurdiyansyah
Sejumlah sapi digembalakan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, Bantul, DI Yogyakarta, Senin (5/9).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Permasalahan sampah di DIY masih menjadi perhatian. Bahkan, sampai saat ini masih Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, Bantul, masih melebihi kapasitas atau overload.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DIY, Sutarto mengatakan, overload di TPA Piyungan sendiri sudah sejak 2014 lalu. Menurutnya, sampah yang diterima TP Piyungan mencapai 580 ton per harinya.

TPA Piyungan sendiri menmpung sampah dari tiga daerah di DIY. Yakni Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta. "Hari-hari biasanya (sampah yang masuk) 560 sampai 580 ton per hari. Di samping karena jumlahnya lebih besar, memang beratnya sampah itu karena musim hujan yang juga besar," kata Sutarto, kepada Republika, Senin (13/01).

Sementara, pada libur Natal dan Tahun Baru (Nataru), sampah melebihi hari biasa. Bahkan, yang masuk ke TPA Piyungan mencapai 610 ton per harinya atau naik sekitar 12 persen. "Itu pada Desember karena puncaknya Nataru itu ada di Desember," jelasnya.

Banyaknya  sampah tersebar di lokasi-lokasi wisata. Terutama di kawasan pantai yang ada di Kabupaten Bantul. Penanganan sampah di kawasan tersebut, katanya, sering kali terhambat.

Sehingga, sampah pun sempat menggunung di kawasan-kawasan wisata tersebut. "Itu di Bantul sampahnya juga luar biasa, sempat menggunung. Ada keterlambatan untuk bisa diangkut ke Piyungan, utamanya sampah plastik," katanya.

Tidak hanya itu, sampah di Kota Yogyakarta pun membludak saat Nataru, khususnya di Malioboro. Untuk itu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta menambah satu kontainer di parkiran Abu Bakar Ali (ABA) untuk mengangkut sampah yang ada di kawasan Malioboro.

Kepala DLH Yogyakarta, Suyana mengatakan, dengan ditambahnya satu kontainer, total ada empat kontainer untuk mengangkut sampah yang ada di Malioboro. Kontainer ini disiagakan hingga 9 Januari 2020 kemarin. "Selama liburan ini kita tambahkan satu truk posisi di parkir ABA, stand by mulai pukul 22.00 WIB," kata Suyana.

Ia menjelaskan, peningkatan sampah saat masa libur ini mencapai tiga kali lipat. Dalam satu hari, ia menyebut, hanya dibutuhkan satu kontainer dengan kapasitas enam meter kubik untuk membawa semua sampah di Malioboro.  "Perputaran (empat kontainer dalam satu hari) mencapai tiga kali putaran untuk mengangkut sampah,"  ujarnya.

Sementara itu, Komisi A DPRD DIY mengaku masih banyak sampah yang menumpuk di Kali Buntung Yogyakarta. Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto mengatakan, tidak hanya sampah, talud yang ada di sepanjang kali juga rusak.

Untuk itu, ia meminta tanggung jawab Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta guna membenahi dan membersihkan kali tersebut.  "Wali kota harus turun tangan dan bertanggungjawab terhadap keadaan sungai yang ada di wilayahnya," kata Eko.

Ia mengatakan, perlu penanganan cepat, terlebih saat musim hujan ini. Sebab, di musim hujan sangat rawan banjir dan longsor yang bisa terjadi kapan saja.

Untuk itu, Kali Buntung  perlu penanganan yang serius. "Kita lihat tadi talud sudah rusak dan hal ini dapat mengancam keselamatan warga. Demikian juga sampah, perlu pengelolaan yang lebih serius dari pemda," ujarnya.

Ia pun berharap ada perhatian khusus dari Pemkot Yogyakarta dalam hal ini wali kota Yogyakarta terkait masalah yang ada di Kali Buntung. Pemkot Yogyakarta, katanya, harus segera mengambil tindakan guna menjaga predikat kota budaya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement