Senin 13 Jan 2020 14:53 WIB

Kapal Perang Indonesia Tekan Mundur Kapal China

Kapal penjaga pantai China dinilai sudah berhasil diusir dari batas ZEE Indonesia.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Teguh Firmansyah
KAPAL COAST GUARD CHINA DI ZEE INDONESIA
Foto: M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO
KAPAL COAST GUARD CHINA DI ZEE INDONESIA

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I (Pangkogabwilhan I) Laksamana Madya TNI Yudo Morgono mengatakan, TNI kembali mengusir kapal-kapal ikan beserta coast guard Cina. Mereka ditekan mundur dari Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia di perairan Natuna.

"Hasil dari patroli Udara Boeing 737 jam 10.00 sampai dengan 11.30, terdeteksi kapal-kapal ikan beserta coast guard Cina sudah keluar garis batas ZEE Indonesia ke arah utara jarak 89 Newton Meter," kata Yudo saat dikonfirmasi Republika.co.id, Senin (13/1).

Baca Juga

Pengusiran kapal Cina dilakukan oleh tiga kapal perang Republik Indonesia (KRI) yang melakukan patroli. Kapal - kapal tersebut yakni KRI Karel Satsuit Tubun (356), KRI Usman Harun (USH) 359, dan KRI Jhon Lie 358. Mereka mengusir kapal ikan asing milik China yang mencari ikan di perairan Natuna.

Yudo menegaskan, TNI akan melakukan tindakan tegas terhadap kapal-kapal China bila tetap membandel dan kembali mengambil sumber daya di ZEE, apalagi memasuki wilayah kedaulatan NKRI.

Menurut Yudo, kondisi di Natuna hanya bisa dikonfirmasi melalui deteksi yang dilakukan pesawat Boeing 737 dan KRI yang langsung mengusir kapal China di perairan. Ia mengatakan deteksi dilakukan dari udara melalui Boeing yang bekerja sama dengan KRI yang bertugas mengusir. Selanjutnya, KRI dan pesawat terus akan menjaga perairan ZEE Indonesia.

"Tujuh KRI akan operasi rutin setiap hari, harus ada unsur yang jaga supaya tidak kembali masuk," kata dia.

Kapal RI akan bergantian patroli ZEE Indonesia. Hasil pemantauan Puskodal dilanjutkan menggunakan pesawat dan kemudian ditindaklanjuti KRI. Penjagaan akan dilakukan terus menerus selama 24 jam dalam sehari.

"KRI yang siaga ada 7, begitu 3 KRI masuk untuk pengisian bahan bakar dan pembekalan ulang, maka 4 KRI akan keluar. Hal itu dilakukan agar tidak ada kekosongan penjagaan," jelas Yudo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement