Senin 13 Jan 2020 01:22 WIB

10 Desa di Kabupaten Cirebon Diproyeksikan Jadi Desa Wisata

Desa wisata di Cirebon memiliki keunggulan tersendiri.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Dwi Murdaningsih
Sejumlah pengunjung sedang menikmati aliran air panas di objek wisata Banyu Panas di desa Palimanan Barat Kecamatan Gempol Cirebon, Jawa Barat, Ahad (17/6).
Foto: Darmawan / Republika
Sejumlah pengunjung sedang menikmati aliran air panas di objek wisata Banyu Panas di desa Palimanan Barat Kecamatan Gempol Cirebon, Jawa Barat, Ahad (17/6).

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Sepuluh desa di Kabupaten Cirebon diproyeksikan menjadi desa wisata. Kesepuluh desa tersebut dinilai memiliki keunggulan/potensi yang mampu menjadi daya tarik wisata.

Adapun sepuluh desa itu, yakni Desa Cupang Kecamatan Gempol, Desa Cipanas Kecamatan Dukupuntang, Desa Palir Kecamatan Tengahtani, Desa Kamarang Kecamatan Greged, Desa Tonjong Kecamatan Pasaleman. Selain itu, Desa Sedong Kecamatan Sedong, Desa Belawa Kecamatan Lemahabang, Desa Ambulu Kecamatan Losari, Desa Kubang Kecamatan Talun, dan Desa Gebangmekar Kecamatan Gebang.

Baca Juga

"Desa-desa itu bisa digali dan dikembangkan menjadi desa wisata karena memiliki keunggulan/potensi tersendiri,’’ ujar Kepala Dinas Budaya Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Cirebon, Hartono, akhir pekan kemarin.

Hartono merinci, untuk Desa Cupang, memiliki tebing yang kini menjadi objek wisata Batu Lawang. Selain itu, adapula petilasan (situs) Sunan Bonang. Untuk Desa Cipanas, terdapat sumber air panas dan bumi perkemahan.

Sedangkan Desa Palir, dinilai cocok menjadi kawasan pertanian dan perkebunan karena dialiri Sungai Cipager yang tak pernah mengering meski di musim kemarau. Para wisatawan nantinya bisa makan di pematang sawah atau mancing dan berkebun di desa tersebut.

Selain itu, di Desa Palir juga terdapat selokan yang dijadikan sebagai kolam ikan hias. Keberadaan selokan itupun selama ini telah menarik perhatian warga untuk datang dan menikmatinya.

"Desa itu cocok menjadi destinasi wisata nomadic yang alami,’’ tutur Hartono.

Kondisi serupa juga ditemukan pada Desa Kamarang dan Desa Tonjong. Kedua desa itupun dinilai layak untuk dikembangkan sebagai kawasan agrowisata karena memiliki areal persawahan yang subur.

Sementara Desa Sedong, dinilai layak dikembangkan menjadi desa wisata karena memiliki sebuah situ bernama Situ Sedong. Desa tersebut juga memiliki produk unggulan berupa mangga gedong gincu.

"Untuk Desa Belawa, memiliki penangkaran kura-kura Belawa,’’ terang Hartono.

Sedangkan Desa Ambulu, memiliki keunggulan berupa keberadaan hutan mangrove. Untuk Desa Kubang, memiliki wisata air yang selama ini menjadi salah satu lokasi favorit wisata keluarga.

‘’Kalau Desa Gebangmekar, memiliki pantai yang bisa dikembangkan menjadi objek wisata,’’ tukas Hartono.

Hartono menyatakan, untuk menjadi desa wisata, maka setiap potensi yang dimiliki masing-masing desa harus dikembangkan terlebih dulu. Untuk itu, dibutuhkan kerja sama dengan instansi lain.

Seperti misalnya, untuk mempermudah akses menuju desa wisata, maka dibutuhkan peran dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR). Hal tersebut menjadi kewenangan instansi tersebut.

‘’Dibutuhkan pula peran serta aktif dari masyarakat di masing-masing desa, minimal dengan menjaga lingkungan desanya masing-masing,’’ tegas Hartono.

Hartono menilai, secara umum, kesadaran masyarakat Kabupaten Cirebon akan potensi wisata desanya masih kurang. Karena itu, pihaknya rutin menggelar pelatihan bagi kader wisata dan kelompok-kelompok sadar wisata.

‘’Mereka bisa membantu mengeksplorasi potensi desa sesuai bidang masing-masing,’’ kata Hartono.

Selain sepuluh desa tersebut, lanjut Hartono, sejumlah desa lainnya di  Kabupaten Cirebon sebenarnya telah lebih dulu dikenal karena keunggulannya. Seperti misalnya, Desa Tegalwangi Kecamatan Weru yang memiliki keunggulan sebagai produsen furniture rotan.

Adapula Desa Trusmi, yang sejak dulu terkenal dengan batiknya. Begitu juga dengan Desa Ciwaringin di Kecamatan Ciwaringin, yang terkenal dengan produk batiknya yang menggunakan pewarna alami.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement