REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Kerugian akibat bencana yang terjadi di Kabupaten Cilacap sepanjang tahun 2019, terhitung cukup besar. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cilacap Tri Komara Sidhy Wijayanto, menyebutkan kerugian akibat bencana alam yang terjadi di wilayahnya sepanjang tahun 2019 tercatat mencapai Rp 13,35 miliar.
''Nilai kerugian dihitung berdasarkan jumlah kejadian bencana alam yang mencapai 106 kejadian,'' jelasnya, Sabtu (11/1).
Secara rinci, kata Tri Komara, bencana yang terjadi sepanjang tahun 2019 tersebut terdiri dari 6 kali kejadian banjir, 47 kejadian tanah longsor, 50 kejadian angin kencang, 1 peristiwa gelombang tinggi, dan 2 kejadian gempa bumi. ''Belum termasuk bencana kekeringan yang dampaknya cukup luas dirasakan masyarakat,'' katanya.
Berdasarkan jumlah kejadian tersebut, Tri Komara menyebutkan, wilayah Kabupaten Cilacap merupakan salah satu daerah dengan kerawanan bencana tertinggi. Sedangkan jenis bencananya, mencakup hampir seluruh jenis bencana alam. ''Hanya bencana gunung api yang tidak terjadi di Cilacap, karena di wilayah kami tidak ada gunung api,'' katanya.
Mengenai kerugian yang ditimbulkan, dia menyatakan, kerugian tersebut dihitung berdasarkan jumlah korban terdampak. Dalam kejadian banjir yang tercatat sebanyak 6 kali kejadian, tercatat sebanyak 843 rumah terendam yang menyebabkan tiga rumah warga mengalami kerusakan.
Selain itu, kata dia, banjir juga menyebabkan kerusakan di sektor pertanian. Dari 6 kali kejadian banjir, lahan pertanian yang terancam mencakup 1.280 hektar, 57 kolam ikan mengalami kerusakan, dan 38 hektar lahan perkebunan terendam air. ''Kerugian akibat bencana ini mencapai sekitar Rp 3 miliar,'' jelasnya.
Sedangkan untuk bencana tanah longsor, dari 47 kejadian yang berlangsung selama 2019, telah menyebabkan 1 rumah roboh, 6 rumah rusak berat, 2 rumah rusak sedang, dan 18 rumah rusak ringan. ''Nilai kerugiannya mencapai Rp 8,3 miliar,'' katanya.
Sedangkan untuk bencana angin kencang, menurut Tri Komara, berdampak terhadap 26 rumah roboh, 51 rusak berat, 137 rumah rusak sedang, dan 406 rumah rusak ringan. Nilai kerugiannya, sekitar Rp 1,9 miliar.
Sedangkan untuk kejadian gempa bumi yang tercatat terjadi sebanyak 2 kali, menurut Tri Komara, menyebabkan 1 rumah roboh dan 1 rumah rusak ringan, dengan kerugian mencapai Rp 70 juta. Sedangkan untuk kejadian gelombang tinggi, tidak sampai menimbulkan kerusakan rumah maupun pengungsian.
"Hanya mengakibatkan kerusakan pada tanggul sungai,'' ucap dia.
Terkait dengan curah hujan yang belakangan tergolong tinggi, Tri Komara mengingatkan warga tentang pentingnya kemampuan warga untuk melakukan evakuasi secara mandiri. ''Kami berharap masyarakat bisa mengenali karakteristik dan potensi kebencanaan di wilayah masing-masing. Dengan demikian, saat bencana terjadi bisa segera melakukan evakuasi mandiri untuk meminimalisir dampak kerugian dan jatuhnya korban jiwa,'' katanya.