REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, melakukan kunjungan ke posko Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Kunjungan tersebut dalam rangka meninjau operasi TMC yang dilakukan untuk meredistribusi dan mengurangi potensi curah hujan di wilayah Jabodetabek.
Bambang mengatakan, operasi TMC yang dilakukan oleh BPPT bersama TNI Angkatan Udara, telah menurunkan 30 hingga 50 persen intensitas hujan di Jabodetabek. Modifikasi cuaca dilakukan dengan menaburkan garam pada awan hujan di area yang berpotensi membawa awan hujan tersebut memasuki wilayah Jabodetabek.
"Berdasarkan statistik, kami mampu mengurangi antara 30 sampai 50 persen dari hujan yang seharusnya jatuh di sini (Jabodetabek)," ujar Bambang usai meninjau posko operasi TMC di Skadron Udara 2, Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta (11/1).
Bambang menegaskan teknologi mitigasi bencana menjadi prioritas pengembangan riset di Indonesia saat ini. Hal ini dilakukan karena Indonesia rawan terjadi berbagai bencana seperti banjir, gempa bumi, tsunami, longsor, kebakaran, dan lainnya.
Terkait hal tersebut, Bambang mengatakan, program multihazards warning system perlu dilakukan terus-menerus. Sebab, bencana di Indonesia tidak hanya berupa banjir, tetapi juga tsunami, tanah longsor (land slide), gempa, dan kebakaran hutan.
Lebih lanjut Bambang menginginkan kerja sama dan program implementasi program TMC ini dapat digunakan tidak saja untuk dimusim hujan untuk memindahkan tempat turunnya hujan, tapi juga dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan.
Untuk mendukung operasi TMC, TNI AU mengerahkan dua pesawat, yaitu CN-295 Skadron Udara 2 Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta, dan C-212 Cassa Skadron Udara 4 Lanud Abdulrachman Saleh Malang.