REPUBLIKA.CO.ID, GROBOGAN -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sudah menyelesaikan desain Bendung Glapan, di Grobogan, Jawa Tengah, yang hancur diterjang banjir yang menggenangi rumah warga sekitarnya.
"Untuk perbaikan permanennya sudah kami siapkan desainnya, saat ini dalam proses lelang. Keduanya sedang kami kerjakan dan harus cepat diselesaikan," kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimulyono kepada pers di Grobogan, Sabtu (11/1).
Basuki mengatakan itu saat meninjau Bendung Glapan yang jebol dihantam volume air dan tanah yang besar, sehingga menggenangi rumah warga di sekitarnya. Dikatakan Basuki, setelah perbaikan sementara selesai, akan segera dilanjutkan perbaikan permanen tanggul bendung tersebut pada 2020.
Menteri Basuki menginstruksikan agar perbaikan darurat tanggul Bendung Glapan yang jebol akibat hujan lebat pada Rabu (8/1/2020) malam, selesai dalam tiga hari ke depan. Hal tersebut dikatakan Menteri Basuki untuk mengantisipasi prakiraan BMKG yang menyatakan potensi curah hujan tinggi masih akan berlangsung hingga Februari 2020.
"Ini harus segera diselesaikan dalam waktu dua tiga hari ini, kita tutup dulu sementara, nanti permanennya akan kita lanjutkan. Untuk bantuan penanganan, saya akan tunjuk langsung BUMN Karya untuk mengerjakannya, karena ini merupakan kondisi darurat," katanya.
Menurut kondisi banjir di Kota Semarang, Basuki mengatakan secara umum sudah jauh berkurang dari tahun-tahun sebelumnya. Hal itu setelah Kementerian PUPR secara bertahap dan terpadu melakukan penanganan banjir Kota Semarang mulai dari hulu. Seperti pembangunan Bendungan Jatibarang hingga ke hilir seperti pembangunan kanal banjir, normalisasi sungai, tanggul rob, stasiun pompa, kolam retensi, termasuk bendung gerak di Kanal Banjir Barat (KBB).
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR Ruhban Ruzziyatno mengatakan jebolan di Bendung Glapan tepatnya pada tanggul sebelah kiri disebabkan meluapnya aliran air Sungai Tuntang. Luapan air itu berasal dari hujan di hulu dengan curah hujan yang tercatat mencapai 57mm/jam.
Menurutnya, untuk penanganan konstruksi yang dilaksanakan yakni tanggul darurat sepanjang kurang lebih 30 meter menggunakan pancang bambu dan diisi geobag. "Saat ini penanganan darurat lapangan sedang dilaksanakan oleh tenaga kerja sebanyak 50 orang dan akan ditambah lagi sebanyak 100 orang. Sedangkan untuk alat berat yang dikerahkan sebanyak tiga ekskavator," kata Ruhban.
Sedangkan untuk perbaikan permanen, akan dilakukan perbaikan kembali ke kondisi semula ditambah dengan peninggian parapet agar saat curah hujan tinggi, air tidak kembali melimpas. Ditargetkan konstruksi dapat dimulai sekitar April 2020 dengan perhitungan kebutuhan biaya semula untuk rehab intake dan jaringan irigasi di sisi kiri Bendung Glapan (Daerah Irigasi Glapan Barat) sebesar Rp 34 miliar. Lalu sisi kanan (DI Glapan Timur) sebesar Rp77 miliar. Dengan adanya tanggul yang jebol, maka biaya konstruksi akan dihitung ulang sesuai kebutuhan.
Bendung Glapan merupakan bendung peninggalan Belanda tahun 1852 untuk mengairi saluran irigasi. Bendung tersebut memiliki lebar 90 meter dengan kapasitas debit untuk DI Glapan Barat sebesar 13,57 m3/detik dan DI Glapan Timur sebesar 11,71 m3/detik untuk mengairi irigasi seluas 8672 ha.
Turut hadir dalam tinjauan tersebut Direktur Sungai dan Pantai Ditjen SDA Kementerian PUPR Jarot Widyoko. Juga ada Kepala BBPJN VII Semarang Akhmad Cahyadi, Kepala Balai Sarana Permukiman Wilayah (BPPW) Jawa Tengah Sugiharjo, dan Kepala Biro Komunikasi Publik Endra S Atmawidjaja.