Jumat 10 Jan 2020 17:08 WIB

Pengangguran Jadi PR Pemkot Malang

Angka penurunan pengguran di Malang masih terbilang sangat kecil.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Andi Nur Aminah
Wali Kota Malang, Sutiaji (tengah) saat memberikan keterangan pers di Mapolresta Kota Malang, Jumat (10/1).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Wali Kota Malang, Sutiaji (tengah) saat memberikan keterangan pers di Mapolresta Kota Malang, Jumat (10/1).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Malang tak menampik, masalah pengangguran masih menjadi pekerjaan rumah saat ini. Terlebih angkanya masih tertinggi dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Jawa Timur (Jatim).

Wali Kota Malang, Sutiaji berpendapat, presentase pengganguran di Kota Malang sudah mengalami penurunan dibandingkan sebelumnya. Namun dia mengakui, angka penurunannya masih terbilang sangat kecil. "Maka, kita harus menggandeng Perguruan Tinggi (PT) terkait ini," jelas Sutiaji saat ditemui wartawan di Mapolresta Malang Kota, Jumat (10/1).

Baca Juga

Sutiaji mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Kota Malang sebenarnya tertinggi di Jatim. Bahkan, angka kemiskinannya terendah dengan presentase 4,07 persen di 2019. Capaian ini begitu jauh apabila dibandingkan dengan Kepulauan Madura dengan angka hampir 20 persen.

"Saya kemarin ketemu para bupati dan wali kota rata-rata masih di atas 7, 8, 9 dan 12 persen. Kami sudah empat, itu sudah kerak," jelasnya.

Sutiaji menargetkan, angka kemiskinan dan pengangguran dapat terus diperkecil ke depannya. Di sisi lain, presentase pertumbuhan ekonomi diupayakan meningkat. Sebab, pertumbuhan ekonomi Kota Malang saat ini sudah hampir tujuh persen.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kota Malang pada 2019. Berdasarkan hasil penelitian BPS, TPT Kota Malang mencapai 6,04 persen pada akhir tahun lalu. Angka ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode Agustus 2018.

Kepala BPS Kota Malang, Sunaryo mengungkapkan, TPT Kota Malang di 2018 mencapai 6,79 persen. Jika dijumlahkan, penurunan penganggur di Kota Malang mencapai 3,2 ribu orang. "Dari 30.898 orang pada tahun sebelumnya menjadi 27.664 orang di tahun 2019," ujar Sunaryo.

Menurut Sunaryo, pola penganggur berdasarkan riwayat pendidikan tidak banyak mengalami perubahan. Lebih dari 70 persen penganggur di Kota Malang memiliki tingkat pendidikan SMA ke atas. Dari data Sakernas tercatat 24,8 persen penganggur merupakan lulusan perguruan tinggi.

Sunaryo menilai, banyaknya penganggur terdidik di Kota Malang memberikan satu indikasi penting. Antara lain nilai tawar angkatan kerja dan kesejahteraan masyarakat Kota Malang yang relatif tinggi. Hal ini mengakibatkan mereka masih bertahan untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keinginan dan keahliannya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement