Jumat 10 Jan 2020 14:45 WIB

2.900 Hektare Sawah di Karawang Masih Terendam Banjir

Terendamnya sawah ini dapat berpotensi benih yang telah ditanam menjadi gagal tanam.

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Friska Yolanda
Petani membawa padi yang terendam banjir di areal persawahan Desa Karangligar, Karawang, Jawa Barat, Ahad (29/12/2019).
Foto: Antara/M Ibnu Chazar
Petani membawa padi yang terendam banjir di areal persawahan Desa Karangligar, Karawang, Jawa Barat, Ahad (29/12/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Bencana banjir di sejumlah daerah masih terjadi termasuk di Kabupaten Karawang. Hingga Jumat (10/1) ribuan hektare sawah di tujuh kecamatan di Karawang masih terendam banjir yang di antaranya sejak sepekan lalu. 

Kepala Seksi Perlindungan Tanaman Dinas Pertanian Kabupaten Karawang Yuyu Yudaswara mengatakan hingga kini masih ada 2.900 hektare sawah di Karawang yang terendam banjir. Sawah yang terendam ini sudah tergarap oleh petani. 

“Sekitar 2.900 hektare sawah masih terendam banjir dari 23 desa di tujuh kecamatan,” kata Yuyu kepada Republika.co.id, Jumat (10/1). 

Yuyu menuturkan ribuan hektare sawah ini terendam dengan waktu yang berbeda sejak satu hingga lebih dari tujuh hari. Padi yang sudah ditanam pun tak pelak ikut terendam. 

Sebagian besar terendam sejak tiga hari lalu dengan ketinggian beragam. Salah satunya yang paling banyak terendam ada di Desa Tambaksumur Kecamatan Tirtajaya dengan luas area sawah yang terendam sebanyak 535 hektare. 

Menurutnya, terendamnya sawah ini dapat berpotensi benih yang telah ditanam menjadi gagal tanam. Terutama pada padi yang telah terendam banjir cukup lama. 

“Kalau yang terendam selama lima hari ini berpotensi tanaman mati,” ujarnya. 

Ia mengatakan terendamnya sawah di Kabupaten Karawang dapat berpengaruh pada kuantitas padi yang dihasilkan untuk kebutuhan masyarakat. Padi yang bisa dipanen pun kemungkinan besar akan berkurang kualitasnya. 

“Untuk produksi berpotensi turun sekitar 50 persen dari yang biasanya dipanen di luas areal itu dan kualitas padi yang lagi panen harga akan jatuh di bawah HPP (harga pokok penjualan) sebesar Rp 3.000 per kilogramnya,” tuturnya. 

Ia menambahkan pihaknya terus mengupayakan untuk mengantisipasi banjir di sawah tersebut. Namun diakuinya curah hujan yang turun masih tinggi sehingga air kembali menggenang di persawahan di Kabupaten Karawang. 

“Untuk upaya sudah dilakukan di antaranya, pompa air untuk penyedotan,pengerukan di pembuang yang dangkal,” tambahnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement