Rabu 08 Jan 2020 22:19 WIB

Pertamina Mulai Salurkan Biodiesel ke Wilayah Riau

Penyaluran biodiesel atau B30 diharapkan menciptakan permintaan domestik

Petugas mengisi bahan bakar B30 ke kendaraan saat peluncuran uji jalan Penggunaan Bahan Bakar B30 untuk kendaraan bermesin diesel di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/6). Uji jalan kendaraan berbahan bakar campuran biodiesel 30 persen pada bahan bakar solar atau B30 dengan menempuh jarak 40 ribu dan 50 ribu kilometer tersebut bertujuan untuk mempromosikan kepada masyarakat bahwa penggunaan bahan bakar itu tidak akan meyebabkan performa dan akselerasi kendaraan turun.Prayogi/Republika
Foto: Prayogi/Republika
Petugas mengisi bahan bakar B30 ke kendaraan saat peluncuran uji jalan Penggunaan Bahan Bakar B30 untuk kendaraan bermesin diesel di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (13/6). Uji jalan kendaraan berbahan bakar campuran biodiesel 30 persen pada bahan bakar solar atau B30 dengan menempuh jarak 40 ribu dan 50 ribu kilometer tersebut bertujuan untuk mempromosikan kepada masyarakat bahwa penggunaan bahan bakar itu tidak akan meyebabkan performa dan akselerasi kendaraan turun.Prayogi/Republika

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Pertamina Marketing Operation Region (MOR) I Sumatera Bagian Utara mulai menyalurkan bahan bakar minyak Biodiesel atau B30 melalui tiga Fuel Terminal (FT) yang berada di Provinsi Riau pada awal tahun 2020.

"Kini kita mulai menyalurkan B30, ini tiga Fuel Terminal yang berada di Provinsi Riau yakni, FT Dumai, Siak dan Tembilahan," kata Unit Manager Communication & CSR MOR I M Roby Hervindo di Pekanbaru, Rabu (8/1).

Roby Hervindo menjelaskan Upaya ini sejalan berdasarkan keterangan Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Riau, bahwa sokongan kelapa sawit di Riau mencapai 40 persen dari pasokan nasional. Namun ketergantungan pada pasar ekspor, membuat harga sawit kerap tak stabil.

Lahirnya Keputusan Menteri ESDM No 227 Tahun 2019 tentang penetapan komposisi FAME dari B20 menjadi B30, menjadi harapan baru petani sawit. B30 diharapkan akan menciptakan permintaan domestik dan multiplier effect terhadap 16 juta petani sawit. "FT Dumai mendapat pasokan Fatty Acid Mathyl Ester (FAME) dari PT. Intibenua Perkasatama dan PT. Wilmar Bioenergi Indonesia," ujarnya.

Menurut dia, proses pencampuran B30 di FT Dumai dilakukan dengan metode tank blending. Kini FT Dumai menyalurkan sebanyak 2.307 kilo liter (KL) per hari kepada 90 SPBU di Kabupaten Asahan, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Bengkalis, Siak dan Kota Dumai.

"Lalu ada Fuel Terminal Siak yang proses pencampuran B30-nya sama seperti FT Dumai. Pasokan FAME di FT Siak diperoleh dari PT. Pelita Agung Agrindustri," jelas Roby lagi.

Selanjutnya penyaluran juga sudah diimplementasikan sebanyak 1.536 KL untuk 90 SPBU di Kota Pekanbaru, Kabupaten Indragiri Hilir dan Hulu, Kampar, Kuantan Singingi, serta Pelalawan.

Sedangkan FT Tembilahan mendapat pasokan B30 dalam bentuk jadi, dari FT Tanjung Uban. Di FT Tanjung Uban, proses pencampurannya menggunakan New Gantry System (NGS), yakni pencampuran FAME dan solar dengan inline blending melalui jalur pipa.

"FT Tembilahan sudah menyalurkan B30 sebanyak 183 KL kepada 15 SPBU yang berada di wilayah Indragiri hilir, Tembilahan, Sungai Guntung dan Kuala Enok," imbuhnya. Ia meyakini program B30 juga membawa manfaat peningkatan perekonomian Indonesia melalui pengurangan volume impor solar (BBM).

"Dapat juga meningkatkan penggunaan produk dalam negeri, serta menjaga keberlangsungan industri sawit dalam negeri sebagai penyedia bahan baku dan produsen FAME dan meningkatkan kesejahteraan petani sawit," pungkas Roby.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement