REPUBLIKA.CO.ID, BANTEN -- Warga yang terdampak bencana banjir bandang dan longsor di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, mulai menderita sakit. Mereka sebagian besar terserang Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) dan ada pula yang menderita sakit dermatitis.
"Beberapa case atau penyakit yang sudah kita kelompokkan, yang terbanyak adalah ISPA. Seperti batuk pilek flu itu para pengungsi sudah mengeluh. Itu sangat banyak sekali," kata Koordinator Lapangan Medis Posko Dompet Dhuafa, Muhammad Faisal kepada Republika.co.id, Kamis (9/1).
Faktor mengapa ISPA dominan diderita yaitu karena udara yang lembab mengingat curah hujan yang tinggi. Karena penularan ISPA pada udara yang lembab dapat berkembang cepat, Faisal mengimbau kepada para penyintas korban bencana Lebak untuk menjaga kebersihan lingkungan dan juga pola makan. Sebab jika tidak demikian, imun tubuh akan melemah sehingga mudah terserang ISPA.
"Kami berupaya menangani dengan memberikan edukasi, pelayanan dan pengobatan gratis. Kami edukasi tentang penyebaran ISPA yang cepat dalam kondisi musim hujan seperti sekarang dan lingkungam yang bersih. Jika ada pasien yang perlu dirujuk, maka ambulans akan langsung diturunkan untuk mengantarnya ke Puskesmas Cipanas," tutur Faisal.
Penyakit berikutnya yang banyak diderita warga pascaperistiwa banjir bandang dan longsor adalah dermatitis. Faisal menjelaskan, dermatitis merupakan penyakit kulit yang biasanya disebabkan air atau tempat tinggal yang kurang bersih sehingga menyebabkan para penyintas gatal-gatal.
Berdasarkan data Tim Respons Darurat Kesehatan LKC Dompet Dhuafa terhitung sejak Senin (6/1) hingga Rabu (8/1), total ada 92 warga terdampak yang menderita ISPA. Sedangkan warga yang menderita dermatitis sebanyak 62 jiwa, dan ada empat penyintas yang menderita diare.
Para penyintas yang mulai terserang penyakit ini tersebar di beberapa kampung, seperti Kampung/Desa/Kecamatan Cipanas, Kampung Somang Desa Sukarame Kecamatan Sajira, dan Kampung Sajira Barat Desa/Kecamatan Sajira.
"Kemudian juga hipertensi, ini karena faktor usia dan kedua mungkin stress karena ada akibat musibah atau banjir bandang sehingga beberapa pengungsi tidak bisa mengontrol dirinya sehingga membuat tekanan darahnya tinggi," papar Faisal.