REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Bencana tanah longsor terjadi di Kampung Karangresik RT 02/10, Kelurahan Sukamanah, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, Selasa (7/1) sore. Akibatnya, satu rumah warga rusak akibat terbawa longsoran itu.
Pemilik rumah, Dian Darliana (45 tahun) mengatakan, bencana itu terjadi ketika dirinya sedang berada di belakang rumah. Saat itu hujan sedang turun dengan intensitas tinggi. Tiba-tiba, sekira pukul 17.15 WIB, tembok penahan tebing (TPT) yang berada persis di belakang rumahnya longsor.
"Waktu itu hujan deras. Langsung (longsor) tiba-tiba," kata dia kepada Republika, Rabu (8/1).
Akibat kejadian itu, satu ruang kamar tidur, kamar mandi, dan dapur, rumah milik Dian ikut ambruk tertarik longsoran TPT. Beruntung, tak ada korban jiwa dalam kejadian itu.
Saat ini, Dian bersama istri dan dua anaknya mesti mengungsi lantaran takut longsor kembali terjadi. Apalagi, kini rumahnya diangap sudah tak layak ditinggali lantaran bagian belakangnya sudah ambruk.
"Tadi malam tidur di mertua, nanti malam jugaasih nginap. Kalau saya paling begadang jaga rumah," kata dia.
Sementara itu, Candra (16) mengaku sedang tidur di kamarnya yang berada di bagian depan rumah itu. Saat kejadian, ia dibangunkan oleh ibunya akibat terjadi longsor.
"Sama sekali tidak terasa. Tahu-tahu belakang rumah sudah jebol," kata dia.
Semalam, ia menginap di rumah saudaranya. Begitu juga rencana untuk malam-malam selanjutnya. Pasalnya, rumahnya yang masih berdiri sebagian tak memungkinkan lagi untuk ditempati.
Ketika Republika mendatangi lokasi, warga dibantu sejumlah aparat TNI sedang membersihkam material sisa longsoran. Hal itu dilakukan agar TPT yang masih berdiri sebagian tak kembali longsor.
Menurut dia, petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tasikmalaya telah mendatangi lokasi. BPBD juga telah memberikan bantuan berupa sembako. Kendati demikian, belum ada rekomendasi lanjutan dari BPBD. Namun, Dian memilih untuk tak lagi memerbaiki rumahnya.
"Saya belum tahu ke depan bagaimana. Tapi gak bakal dibangun lagi karena tanah masih labil. Paling di mertua saja, (rumah) ini dibongkar," ujar dia.
Kejadian tanah longsor di Kampung Karangresik itu disebut merupakan yang kali pertama. Ia menduga, longsor disebabkan TPT yang ambruk.
Dian mengatakan, TPT itu dibangan pada 2013 oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya. Pada 2016, TPT sempat diperbaiki. Namun, TPT itu akhirnya ambruk juga.
Manajer Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kota Tasikmalaya Harisman mengatakan, hanya satu rumah yang terdampak akibat kejadian itu. Menurut dia, tidak ada rumah lain yang terdampak atau terancam.
"Karena itu akibat dari robohnya TPT," kata dia.
Ia mengatakan, BPBD sedang mengecek kelayakan TPT itu sebelum ambruk dan mengakibatkan tanah yang ditahan longsor ke bawah. Ia menduga, longsor itu disebabkan oleh TPT yang sudah tidak kokoh. Akibatnya, TPT roboh terdampak hujan deras dan angin kencang.
"Kita juga sedang mengecek TPT itu dibangun oleh pribadi atau pemeritah. Tapi itu sepertinya TPT sudah lama, bukan baru. Jadi TPT-nya lepas menarik rumah," kata dia.
Namun, ia menambahkan, saat ini BPBD masih fokus melakukan penanggulangan kepada korban. Pihaknya, telah memberikan kebutuhan dasar agar korban mengungsi tidak membebani yang punya rumah.
Harisman menambahkan, tim verifikasi juga akan menilai kerusakan rumah korban. "Kalau layak dapat bantuan keuangan, ya kita bantu. Tapi kalau kondisi seperti itu tak mungkin diperbaiki. Harus dari TPT dulu baru rumahnya," kata dia.