Rabu 08 Jan 2020 09:13 WIB

Tarian Elon Musk di Pabrik Tesla Shanghai

Elon Musk menegaskan ingin meningkatkan investasinya di China.

CEO Tesla, Elon Musk, di seremoni pengantaran mobil listrik pertama buatan pabrik Tesla di Shanghai, China, Model 3, Selasa (7/1).
Foto: Ding Ting/Xinhua via AP
CEO Tesla, Elon Musk, di seremoni pengantaran mobil listrik pertama buatan pabrik Tesla di Shanghai, China, Model 3, Selasa (7/1).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Idealisa Masyrafina

SHANGHAI - Elon Musk memamerkan gerakan tariannya pada peluncuran program kendaraan utilitas listrik Model Y Tesla di pabrik Shanghai yang baru pada Selasa (7/1). Kemarin, Tesla mengirimkan mobil pertamanya yang dibuat di luar Amerika Serikat ke masyarakat.

Baca Juga

Pabrik Tesla Inc senilai 2 miliar dolar AS mulai mengirimkan mobil hanya dalam 357 hari, sebuah rekor untuk pembuat mobil global di China. Sebanyak 10 pelanggan pertama dari masyarakat menerima sedan Model 3 buatan China pada Selasa (7/1).

CEO biliuner tersebut menari dengan antusias di atas panggung di acara tersebut. Ia melepaskan jaketnya dan melemparkannya ke samping untuk memperlihatkan kaus oblongnya. Dalam sebuah cicitan, ia memberi label video "NSFW" - Not Safe For Work.

"Pada akhirnya Tesla Model Y akan memiliki lebih banyak permintaan daripada semua mobil Tesla lainnya digabungkan," kata Musk dengan suara terharunya pada saat berbicara tentang kemajuan pabrik Shanghai.

Acara tersebut dihadiri oleh Wali Kota Shanghai Ying Yong dan pejabat senior pemerintah lainnya. Namun, eksekutif Tesla tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang kemajuan proyek Model Y buatan China.

Saham Tesla diperdagangkan mendekati rekor tertinggi mereka setelah mengalahkan estimasi Wall Street untuk pengiriman kendaraan di kuartal keempat. Berita peningkatan produksi di pabriknya di China dan setoran awal yang optimis untuk truk pickup yang baru diluncurkan juga turut menaikkan harga sahamnya.

Pembangunan pabrik pertama Tesla di luar Amerika Serikat dimulai pada bulan Januari dan produksi dimulai pada bulan Oktober.

Pabrik mulai dengan kapasitas produksi 150 ribu sedan Model 3 dan Tesla bertujuan untuk mendorongnya menjadi 250 ribu kendaraan per tahun. Termasuk produksi Model Y, pada fase pertama pabrik.

Tesla meluncurkan Model Y pada bulan Maret 2019. Pabrik pada bulan Oktober menyebut produksi SUV compact listrik di fasilitas Fremont berjalan lebih cepat dari jadwal, menambahkan pada saat itu perusahaan berharap bisa meluncurkan model itu di musim panas 2020, dikutip dari Reuters.

Gigafactory 3 Tesla adalah pabrik pertama yang dibangun di luar Amerika. Pembangunan pabatik berkaitan dengan kebijakan China yang memberikan hak milik penuh bagi manufaktur kendaraan listrik asing di Negara Panda tersebut.

Membangun pabrik di China berarti membebaskan Tesla dari adanya perang tarif antara Beijing dan Washington dalam urusan kendaraan impor dari Amerika. Sejumlah produsen mobil seperti General Motor, Volkswagen, dan Toyota sudah lama memiliki pabrik patungan di China.

China adalah pasar global terbesar untuk elektronik. Masuknya Tesla namun bertepatan ketika penjualan menurun menyusul tidak adanya subsidi pemerintah di tengah tahun 2019.

Penjualan kendaraan elektrik jatuh 45 persen di November dari angka tahun lalu. Penurunannya mencapai 95 ribu unit. Penjualan di 11 bulan pertama 2019 hanya naik 1,3 persen di angka lebih dari 1 juta kendaraan listrik.

photo
Kendaraan Tesla berjajar di perakitan dalam gigafactory Tesla di Shanghai, China, Selasa (7/1).

Musk, dikutip dari AP, menegaskan Tesla berencana meningkatkan investasinya di China. Tesla berkeinginan membangun pusat desain untuk menciptakan kendaraan untuk dijual di seluruh dunia. Musk namun tidak memberikan rinciannya.

Model 3 yang dibuat Tesla di China dijual seharga 299.050 yuan atau sekitar setara Rp 600 juta. Harganya sudah termasuk potongan yang diumumkan bulan lalu.

Produksi mobil sudah dimulai pada Desember tahun lalu. Sebanyak 15 uni Model 3s sudah diantarkan ke pegawai Tesla di Shanghai pada 30 Desember 2019.

Tesla memang berhadapan dengan pasar yang dipadati beragam model kendaraan listrik. Rival Tesla di antaranya GM, VW, Nissan, dan merek China BYD Auto dan BAIC. Semua merek tersebut ditekan pemerintah China untuk memenuhi target produksi untuk menekan biaya mempromosikan teknologi ke industri.

Produsen yang gagal memenuhi target bisa membeli kredit dari rivalnya. Kebijakan ini bisa merugikan Tesla dan merek lain yang surplus karena seluruh produksinya adalah kendaraan listrik. Beijing belum menentukan harga kredit tersebut.

Tesla adalah merek asing pertama dengan kepemilikan penuh di China. Merek lain bekerja dengan kemitraan perusahaan mobil negara dan berbagi keuntungan. Perusahaan yang bermitra mengharap meraup untung dari relasi pemerintah China, meski tahun depan partai berkuasa China akan mengizinkan kepemilikan penuh di industri otomotif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement