REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Kejadian bencana di Kota Sukabumi sepanjang 2019 meningkat sekitar 60 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Bencana yang mendominasi adalah cuaca ekstrem dan longsor.
"Dari data yang ada, angka bencana 2019 meningkat dibandingkan dengan 2018 yang mencapai 155 kejadian," ujar Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi, Zulkarnain Barhami kepada Republika, Rabu (8/1).
Pada 2019, kasus bencana mencapai sebanyak 248 kejadian. Penyebab hydrometeorologi, ungkap Zulkarnain, masih mendominasi mencapai sekitar 76,61 persen dan non hydrometeorolgi sekitar 23,39 persen. Dari angka 248 tersebut, jenis cuaca ekstrem berada di peringkat teratas sebanyak 80 kali dan disusul longsor sebanyak 75 kali.
Berikutnya banjir 28 kali dan terendah puting beliung dilaporkan tujuh kali. Sedangkan laporan jenis kebakaran permukiman dan lahan tercatat 52 kali kejadian dan gempa sebanyak enam kali.
Zulkarnain menuturkan, sebagai pembanding menunjukkan jenis ancaman yang mengalami penurunan frekuensi adalah kejadian angin puting beliung dari 19 kali kejadian menjadi 7 kali. Selain itu, gempa bumi yang semula terekam 25 kali pada 2018 menurun menjadi enam kali pada 2019.
Kenaikan frekuensi terjadi pada fenomena cuaca ekstrim yang sebelumnya 33 kejadian menjadi 80 kali. Selain itu tanah longsor 30 kejadian menjadi 75 kali kejadian, banjir 10 kali menjadi 28 kali kejadian, dan terakhir kebakaran dari 38 menjadi 52 kasus.
Menurut Zulkarnain, akumulasi agregat ancaman kejadian yang berhasil direkam selama kurun dua tahun ini 2018-2019 mencapai 403 kali ancaman. "Fakta ini menunjukkan, mari tetap mewaspadai sekecil apapun ancaman bencana," kata dia.