REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan Pulau Simeulue di Provinsi Aceh merupakan wilayah rawan gempa bumi dan tsunami.
"Kawasan Pulau Simeulue memang sangat rawan gempa dan tsunami. Catatan sejarah menunjukkan beberapa gempa kuat pernah terjadi di wilayah ini," kata Daryono di Jakarta, Selasa (7/1).
Dia merinci, berdasarkan data BMKG, tercatat pada 4 Januari 1907 Pulau Simeulue diguncang gempa berkekuatan magnitudo 7,6 yang memicu tsunami. Guncangan gempa saat itu dirasakan hingga ke Pariaman, Air Bangis, Natal, Siborongborong, Bagansiapiapi, Sidikalang, Barus, Tandjungbalai, dan Sibolga.
Gempa tersebut dalam waktu singkat menimbulkan tsunami hingga menyebabkan kerusakan di Pulau Simeulue. Tsunami teramati di seluruh Pantai Aceh, Teluk Tapanuli, Kepulauan Mentawai, Gunungsitoli, Barus, Meulaboh, dan Pulau Tello. Catatan mengenai terjadinya tsunami juga dilaporkan di Pelabuhan Telukbayur, Padang.
Dampak tsunami menyebabkan timbulnya korban jiwa sebanyak 400 orang meninggal dunia. Selain itu, tercatat gempa di wilayah yang sama pada 2 November 2002 dengan magnitudo 7,2 yang bersumber di zona megathrust.
Selain menimbulkan kerusakan bangunan rumah, gempa itu juga mengakibatkan beberapa orang meninggal dan puluhan orang luka-luka. Catatan lain menunjukkan terjadi gempa kuat yang mengguncang Simeulue pada 20 Februari 2008 dengan magnitudo 7,3. Gempa juga berpusat di zona megathrust Simeulue yang menimbulkan kerusakan dan menelan korban jiwa empat orang meninggal dunia.
Sebelumnya, gempa bumi dengan magnitudo 6,4 yang diperbarui menjadi 6,1 mengguncang Simeulue pada Selasa (7/1) pukul 13.05 WIB. Episenter terletak pada koordinat 2.3 LU dan 96.32 BT, tepatnya di laut pada jarak 19 Km arah selatan Kota Sinabang, Kabupaten Simeulue, Aceh, pada kedalaman 20 Km.
Gempa ini merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia yang menghujam ke bawah Lempeng Eurasia di zona megathrust. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa ini dipicu penyesaran naik (thrust fault) yang merupakan ciri khas gempa megathrust.
Hasil pemodelan menunjukkan gempa ini tidak berpotensi tsunami. Guncangan gempa dirasakan hingga ke Medan, Sumatra Utara.