REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut mencatat, satu rumah rusak ringan terdampak gempa bumi yang terjadi di Samudra Hindia wilayah selatan Jawa Barat (Jabar) pada Senin (6/1) pagi. Kendati begitu, tidak ada laporan korban jiwa akibat kejadian tersebut.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Garut, Tubagus Agus Sofyan mengatakan, satu rumah yang rusak itu berada di Kecamatan Cikajang. Sementara, berdasarkan pendataan relawan BPBD di selatan Garut tidak ada dampak akibat gempa bumi yang terjadi.
"Kalau dari hasil assessment relawan di selatan alhamdulillah tidak ada dampak. Saya juga bingung kenapa di selatan tidak terdampak, tapi di Cikajang terkena. Tapi itu sudah dikontrol, hanya temboknya rusak," kata dia saat dihubungi Republika, Senin.
Menurut dia, berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), tidak ada gempa susulan setelah yang pertama terjadi pada pukul 06.12 WIB. Karena itu, ia mengimbau masyarakat agar tak terpancing isu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Agus mengaku telah meminta kepada masyarakat di selatan untuk waspada. Ia menambahkan, aktivitas masyarakat di selatan Garut berjalan normal.
"Di hari pertama sekolah, semuanya beraktivitas seperyi biasa. Walau sempat diguncang gempa, warga tidak terlalu khawatir," kata dia.
Bupati Garut Rudy Gunawan mengatakan, pihaknya siap melakukan rehabilitasi kerusakan bangunan akibat gempa. Menurutnya ketika terjadi bencana alam terutama yang terjadi di wilayah selatan, Rudy mengaku sudah menyiapkan standar operasional (SOP) yang harus dilakukan.
"Kita sudah punya SOP ketika terjadi gempa, yang penting jiwanya dulu, diselamatkan baru harta benda," ungkapnya.
Sebelumnya, BMKG merilis gempa yang terjadi di Samudra Hindia selatan Jabar itu memiliki kekuatan magnitudo 5,1. Namun, setelah dilakukan pemutakhiran menjadi M 5,0. Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 8.14 lintang selatan dan 107.30 bujur timur, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 121 kilometer arah barat daya Garut pada kedalaman 41 kilometer.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono mengatakan, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat adanya aktifitas subduksi. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Ia menyebut, guncangan gempa dirasakan di daerah Kabupaten Sukabumi dan Pelabuhan Ratu skala III MMI atau getaran dirasakan nyata dalam rumah, atau terasa getaran seakan akan truk berlalu. Di Kabupaten Bandung gempa dirasakan dengan skala II MMI atau getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
"Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi ini tidak berpotensi tsunami," kata dia.
Menurut dia, belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempabumi tersebut. Selain itu, hasil pemantauan BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan atau aftershock.
Ia meningatkan, masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Ia menambahkan,
masyarakat juga mesti menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.
"Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali kedalam rumah," ujar dia.