Senin 06 Jan 2020 09:56 WIB

BUMN Siap Bantu Pengendalian Banjir

Pemprov DKI saat ini tengah berkonsentrasi melakukan perbaikan pascabanjir.

Menteri BUMN Erick Thohir bersalaman dengan para pengungsi korban banjir di Posko pengungsian GOR Cengkareng,Jakarta, Ahad (5/1).
Foto: Republika/Prayogi
Menteri BUMN Erick Thohir bersalaman dengan para pengungsi korban banjir di Posko pengungsian GOR Cengkareng,Jakarta, Ahad (5/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyatakan bakal mendukung program pengendalian banjir. Perusahaan-perusahaan pelat merah dipastikan siap membantu Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) serta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mengatasi permasalahan banjir.

Polemik mengenai solusi penanganan banjir di DKI Jakarta memanas beberapa hari belakangan. Ini karena adanya perbedaan pendapat antara Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Baca Juga

Basuki menilai banjir Jakarta bisa diatasi bila Kali Ciliwung dinormalisasi dan mengajak Anies duduk bersama untuk melakukannya. Sementara, Anies menegaskan, penyebab banjir Jakarta adalah tidak adanya pengendalian air yang masuk ke Jakarta. Dia menyebut penyebab banjir tak selalu soal normalisasi sungai.

Erick enggan menanggapi silang pendapat itu. Sebab, Kementerian PUPR dan Pemprov DKI sama-sama memiliki tekad mengatasi banjir. "Sebagai BUMN, yaitu korporasi, kami mendukung siapa saja," kata Erick saat meninjau lokasi posko banjir di Cengkareng, Jakarta Barat, Ahad (5/1).

Sebagai pimpinan BUMN, kata Erick, ia akan memastikan perusahaan BUMN berkontribusi maksimal dalam setiap program pengendalian banjir yang digulirkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. "Yang pasti kami akan maksimal karena ini bagian dari pembuktian bahwa BUMN itu hadir untuk rakyat," ujar Erick.

Wali Kota Jakarta Barat Rustam Effendi menyebutkan, sistem drainase di wilayahnya membutuhkan perbaikan sebagai salah satu strategi penanganan banjir selama musim hujan. "Harus kita sadari masih banyak drainase yang harus kita perbaiki ke depan," kata Rustam saat memimpin kerja bakti di RW 02 dan RW 08, Kedoya Utara, Kebon Jeruk, wilayah yang terdampak banjir terparah di Jakarta Barat.

Ia mengatakan, Kali Angke dan Kali Mookevart yang seharusnya diturap dengan sheetpile ternyata ada 200 meter yang belum. Normalisasi di sodetan kali-kali itu diyakini akan mengurangi dampak banjir dan kerusakan infrastruktur di enam kecamatan Jakarta Barat.

Selain itu, jebolnya sejumlah tanggul di sekitar aliran kali tersebut akan menjadi perhatian Pemerintah Kota Jakarta Barat. Selanjutnya, Rustam mengatakan akan melakukan perbaikan pada generator rumah-rumah pompa yang tak berfungsi karena tergenang banjir.

Kerusakan itu diketahui saat dia meninjau Rumah Pompa Kedoya Utara. "Titik pompa di lokasi ini, generatornya pada posisi yang tidak baik, tidak pada posisi aman genangan," katanya.

Normalisasi kali dan perbaikan rumah pompa akan dilakukan setelah pihaknya membereskan penanganan keselamatan dan kesehatan para pengungsi pascabanjir. "Kita catat itu, bahwa sistem tata air kita kurang sempurna."

Kerja bakti pascabanjir di Jakarta Barat dilakukan serentak di enam kecamatan terdampak banjir, yakni Kebon Jeruk, Grogol Petamburan, Kalideres, Palmerah, Kembangan, dan Cengkareng.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga ikut dalam kerja bakti. Anies bersama warga di Lapangan Pilar, Jalan Jembatan Lama, Kelurahan Makassar, Jakarta Timur, bergotong-royong membersihkan sampah yang terbawa saat banjir merendam wilayah tersebut.

Dalam kesempatan itu, ia sempat menyinggung ihwal pengelolaan sungai. Anies mengatakan, pengelolaan sungai antarprovinsi untuk mengantisipasi banjir di Ibu Kota merupakan kewenangan Kementerian PUPR.

"Kami bertanggung jawab di wilayah DKI Jakarta. Begitu sampai ke pengelolaan sungai antarprovinsi, maka itu dikelola Kementerian PUPR," kata Anies saat ditemui di Kelurahan Makasar, Jakarta Timur, Ahad (5/1).

Anies mengatakan, Pemprov DKI saat ini tengah berkonsentrasi melakukan perbaikan pascabanjir. Selain itu, pihaknya mencari solusi jangka pendek untuk mengantisipasi curah hujan yang intensif selama sepekan ke depan. "Baru sesudah ini bicara jangka panjang tentang perbaikan," papar Anies.

Menurut Anies, salah satu solusi mengendalikan banjir adalah dengan memanfaatkan secara maksimal pompa air yang sudah ada. Tercatat ada 478 pompa air yang tersebar di 176 titik di wilayah Jakarta. Selain itu, sebanyak 122 unit pompa //mobile// juga disiagakan.

Anies memastikan seluruh pompa air berfungsi secara baik sehingga mampu menampung dan mengalirkan air selama musim hujan. Menurut dia, seluruh pompa air berfungsi dengan baik saat hujan deras terjadi pada 31 Desember 2019 dan 1 Januari 2020.

"Berkat itu, alhamdulillah, 85 persen wilayah Jakarta aman. Ada 15 persen yang terdampak dan itu di bawah 1 persen yang ketinggian airnya di atas 1,5 meter. Artinya, secara sistem, kesiapan kita alhamdulillah baik," ujarnya lagi.

photo
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan saat gotong-royong membersihkan sampah sisa banjir di Lapang Pilar, Jalan Jembatan Lama, Kelurahan Makasar, Jakarta Timur, Ahad (5/1).

Bantuan BUMN

Menteri BUMN Erick Thohir pada Ahad (5/1) melakukan peninjauan ke posko banjir yang berlokasi di Cengkareng, Jakarta Barat, dan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Erick mengatakan, kementerian dan perusahaan-perusahaan BUMN akan terus bekerja sama dan mendukung Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) agar bantuan bagi korban banjir tepat sasaran.

"Kita juga tidak bekerja sendiri, kita bekerja sama dengan BNPB, saya rasa kita harus belajar dengan ahlinya karena kita tidak mau menembak di sasaran yang tidak tepat," ujar Erick.

Erick sebelumnya telah membentuk tim lintas BUMN untuk bergerak cepat membantu korban banjir di sejumlah titik wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi atau Jabodetabek. Erick mengatakan, beberapa BUMN menyerahkan bantuan berupa logistik hingga alat-alat kesehatan. Itu sesuai arahan Presiden agar perusahaan-perusahaan BUMN berkoordinasi aktif dalam penyelamatan masyarakat.

Ia menambahkan, pihaknya berkoordinasi dengan BNPB agar bisa membantu masyarakat dalam memulihkan kondisi lingkungan masing-masing. Di bawah koordinasi BNPB, tim penanganan banjir BUMN akan memberikan bantuan logistik di setiap wilayah, seperti makanan, obat-obatan, pakaian, dan bantuan lainnya.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meninjau lokasi posko pengungsian korban banjir di wilayah Cengkareng, Jakarta Barat. Kedatangan Erick di lokasi pengungsian cukup dinantikan masyarakat yang mengungsi.

Erick menyebut, ketersediaan makanan dan penyediaan air bersih menjadi dua hal yang penting bagi korban pengungsi banjir. Bantuan obat-obatan juga menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan.

"Saya rasa kita sudah mulai persiapkan kebutuhan yang diperlukan masyarakat, yaitu tetap dapur umum, mungkin bertahap, juga suplai air bersih dan juga obat-obatan setelah banjir ini akan ada timbul penyakit," ucap Erick.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta menyebutkan, 4.401 jiwa masih mengungsi karena air luapan kali dan sungai masih menggenangi rumahnya. Kepala Pusat Data dan Informasi BPBD DKI Jakarta M Ridwan mengatakan, warga mengungsi di 22 lokasi pengungsian yang ada di wilayah Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur. "Per pekan ini masih ada lima kelurahan tergenang, ketinggian ada 40 cm hingga 70 cm," kata Ridwan, kemarin.

Ia memerinci, salah satu wilayah yang masih tergenang ada di Jakarta Utara. Sebanyak 220 pengungsi tersebar di tiga lokasi pengungsian. Tinggi air yang masih menggenang wilayah Jakarta Utara mencapai 40 cm akibat luapan Kali Cakung, Sunter, Cakung Drain, dan rob.

Selanjutnya, di wilayah Jakarta Barat, jumlah paling banyak yakni ada di tiga kelurahan. Tersebar di 11 RW dengan jumlah jiwa yang mengungsi sebanyak 2.752 orang. "Lokasi pengungsian ada di empat titik, ketinggian air masih 70 cm," katanya.

Di Jakarta Timur, air masih menggenangi permukiman warga satu rukun warga di satu kelurahan. Jumlah pengungsi sebanyak 1.036 jiwa yang tersebar di enam lokasi pengungsian.

BPBD DKI Jakarta juga mencatat, ada warga yang mengungsi di wilayah Jakarta Selatan walaupun air sudah surut tidak lagi menggenangi rumah warga. Total ada 393 jiwa masih mengungsi di delapan titik pengungsian wilayah Jakarta Selatan.

Sebagian warga memilih mengungsi dengan alasan rumahnya belum bisa kembali ditempati karena sejumlah perabotan, seperti tempat tidur, belum bisa dipakai.

BPBD juga menginformasikan, sebagian besar pengungsi membutuhkan bantuan mendesak berupa karbol atau cairan disinfektan, alat kebersihan, popok bayi, air minum, selimut, pakaian dalam, dan makanan siap saji. n novita intan/flori sidebang/antara, ed: satria kartika yudha

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement