Sabtu 04 Jan 2020 15:49 WIB

BNPB Jelaskan Alasan Banjir Bekasi

Bekasi menjadi salah satu daerah paling parah diterjang banjir.

Rep: Nawir Arsyad/ Red: Muhammad Hafil
Sejumlah warga berjalan di dekat mobil yang rusak pascabanjir di Perumahan Pondok Gede Permai Bekasi, Jawa Barat, Kamis (2/1).
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah warga berjalan di dekat mobil yang rusak pascabanjir di Perumahan Pondok Gede Permai Bekasi, Jawa Barat, Kamis (2/1).

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Sejumlah wilayah di Bekasi, Jawa Barat, menjadi salah satu lokasi terparah yang diterjang banjir. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Badan Nasional Penanggulagan Bencana (BNPB) Agus Wibowo menjelaskan bahwa Kali Bekasi, Kali Angke, dan Kali Cikeas belum memiliki sistem peringatan dini atau early warning sistem.

"Itu baru sistem yang ada di kali Ciliwung. Sedangkan di sistem sebelah timur di Kali Bekasi, Kali Cikeas, Kali Angke dan sebagainya belum ada sistemnya," ujar Agus di Gudang BNPB, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (4/1).

Baca Juga

Menurutnya, banyak pihak yang tak menyangka bahwa banjir akan terjadi akibat luapan ketiga kali tersebut. Pasalnya, pihak terkait saat malam pergantian tahun baru mengawasi pintu air Katulampa yang saat itu sudah Siaga I.

"Kita lihat itu siaga 2 siaga 3 siaga 4 dan tidak pernah siaga 1 itu Katulamla dan orang berpikir itu tidak ada banjir. Dan ternyata banjirnya itu ada di sebelah timur Jakarta, di Bekasi," ujar Agus.

Guna mengantasipasi banjir di daerah Bekasi, pemerintah dengan lembaga terkait akan memasang sistem peringatan dini di tiga kali tersebut. Pembangunannya akan dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

"Itu yang diminta disegerakan oleh PUPR pada tahun ini sampai tahun berikutnya sistem Bekasi dan sekitarnya seperti halnya di Ciliwung," ujar Agus.

Sebelumnya, hingga Sabtu (4/1) pukul 10.00 WIB, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mencatat sebanyak 53 orang meninggal akibat bencana di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.

Banjir dan longsor yang terjadi di Kabupaten Bogor menjadi yang paling banyak memakan korban jiwa, yaitu sebanyak 16 orang. Adapun jumlah pengungsi saat ini sebanyak 621 kepala keluarga, yang terdiri dari 2.173 jiwa.

"Penambahan korban meninggal dunia terjadi di Kabupaten Lebak dan Kabupaten Bogor. Untuk Kabupaten Bogor 5 orang meninggal, namun identitas masih belum diketahui," ujar Agus.

Total pengungsi dari ketiga provinsi tersebut sebanyak 39.627 kepala keluarga. Terdiri dari 173.064 jiwa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement